Siap-Siap Tapering! Harga Emas Bakal Anjlok Tajam?

Pekan ini bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan moneternya yang akan memberikan dampak signifikan ke harga emas.

The Fed diperkirakan akan mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pada pengumuman Kamis (4/11) dini hari waktu Indonesia.

Tapering merupakan musuh utama emas. Pernah terjadi di tahun 2013, tapering membuat harga emas memasuki tren bearish (penurunan dalam periode yang panjang) hingga tahun 2015.

Sepanjang pekan ini, emas dunia tercatat melemah 0,54% ke US$ 1.782,80/troy ons, sekaligus mengakhiri penguatan dalam dua minggu beruntun.

Meski menjadi musuh utama, analis melihat harga emas dunia saat ini sudah menakar terjadinya tapering, sehingga tidak akan merosot tajam. Tetapi syaratnya tapering tidak dilakukan dengan agresif.

Pasar memprediksi The Fed akan melakukan tapering sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya, dari nilai saat ini sebesar US$ 120 miliar. Sehingga memerlukan waktu 8 bulan hingga QE menjadi nol alias selesai.

Saat pengumuman tapering dilakukan, emas diperkirakan pasti akan mengalami gejolak, tetapi hanya sesaat.

“Tapering seharusnya sudah dan sangat terdiskon (dari harga emas saat ini), meski demikian pasti akan ada gejolak merespon pengumuman The Fed pekan depan, tetapi hanya dalam waktu yang singkat, selalu demikian,” kata Rhona O’Connell, analis di StoneX.

Tapering pasti akan dilakukan, tetapi agresif atau tidak masih menjadi pertanyaan. Rilis data inflasi AS berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) yang kembali menanjak membuat emas terpuruk pada perdagangan Jumat kemarin, sebab ada kemungkinan The Fed diperkirakan lebih agresif dalam melakukan tapering.

Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan inflasi PCE tumbuh 4,4% year-on-year (YoY) di bulan September, menjadi yang tertinggi sejak tahun 1991, dan naik dari bulan sebelumnya 4,3% YoY.

Kemudian inflasi inti PCE tumbuh 3,6% YoY, sama dengan pertumbuhan bulan Agustus, tetapi juga berada di level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.

Inflasi PCE merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Selain agresif dalam melakukan tapering, inflasi PCE yang terus meningkat bisa jadi akan menaikkan suku bunga di tahun depan.

Pada rapat kebijakan moneter September lalu, mayoritas anggota dewan The Fed memang melihat suku bunga bisa naik di tahun 2022. Jika ada indikasi hal itu benar terjadi, maka mimpi buruk emas bisa menjadi nyata.

Tetapi, jika skenario kenaikan suku bunga di 2023 dan tapering tidak agresif yang muncul, emas ada peluang untuk berbalik menguat.

Analis pasar dari OANDA, Edward Moya, mengatakan dalam beberapa bulan terakhir harga emas berkonsolidasi di kisaran US$ 1.680-US$ 1.840/troy ons, dan saat ini level yang perlu diperhatikan adalah US$ 1.750/troy ons.

“Anda kemungkinan akan melihat emas berkonsolidasi sebelum pengumuman tapering. Akan ada kemerosotan emas setelah pengumuman The Fed, dan itu adalah saatnya untuk membeli. Kita bisa jadi akan melihat penurunan harga emas yang cukup besar pekan depan. Jika mencapai US$ 1.720/US$, maka saat itulah Anda mulai mempertimbangkan untuk membeli emas. Tidak akan sulit bagi emas untuk kembali mencapai US$ 1.800/troy ons jika ada aksi buy on dip,” kata Moya sebagaimana diwartakan Kitco, Jumat (29/10).

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *