Tren Penguatan Harga Minyak Diprediksi Tak Bertahan Lama

Tren harga minyak menguat dalam tujuh pekan terakhir sejak kejatuhannya pada April lalu yang menyentuh minus. Tak terkecuali, harga minyak mentah Amerika Serikat (AS). Namun, sejumlah analis khawatir kenaikan harga minyak hanya seumur jagung.

Dilansir CNN, Rabu (10/6), harga minyak AS berada di angka US$40 dolar atau setara per barel pada pekan ini. Padahal, harga minyak sempat mencapai titik terendah, yaitu minus pada 20 April lalu.

Tren kenaikan harga juga terjadi pada minyak mentah jenis Brent yang naik lebih dari dua kali lipat sejak pertengahan April. Seluruh kenaikan ini didorong oleh optimisme pasar dunia setelah permintaan pasar terhadap bensin, diesel, dan bahan bakar jet yang turun drastis efek covid-19.

Menguatnya harga minyak AS juga disebabkan aksi pemangkasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak (Organisasi Negara Pengekspor Minyak/OPEC), termasuk Rusia yang sepakat menurunkan produksi ke angka 9,7 juta barel per hari.

Namun, negara-negara produsen minyak, seperti Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab tidak sepakat memperpanjang pemangkasan produksi hingga 1,18 juta barel per hari atau lebih dari kesepakatan awal sebanyak 1 juta per barel.

Kenaikan harga minyak di AS ini berbanding lurus dengan kekhawatiran meningkatnya pasokan. Harga minyak saat ini pun dinilai terlalu ideal, mengacu kondisi yang tengah terjadi di dunia akibat pandemi virus corona.

Analis menyebut kekenyangan pasokan minyak belum hilang. Ditambah lagi, pesimisme terkait permintaan yang bakal kembali ke level sebelum terjadi pandemi virus corona hingga ancaman gelombang kedua infeksi covid-19.

“Pasar mungkin sedikit lebih maju saat ini. Risiko juga cenderung menurun tajam,” kata Bob McNally, Presiden perusahaan konsultan Rapidan Energy Group.

Para pedagang meyakini persoalan kekenyangan pasokan yang membuat harga minyak jatuh akan cepat menghilang. Namun, para analis menekankan penyeimbangan harga minyak, seperti pra-pandemi membutuhkan waktu yang lama.

Bank Investasi AS Goldman Sachs mengingatkan potensi harga minyak di Negeri Paman Sam kembali turun dalam beberapa pekan ke depan. Goldman Sachs juga memprediksi harga minyak AS rata-rata hanya berada di angka US$34 per barel pada kuartal III 2020.

Wall Street juga menyebut empat tantangan di tengah naiknya harga minyak AS, mulai dari ekspektasi terkait permintaan, tingkat persediaan minyak, Libya yang kembali memproduksi minyak, dan harga minyak mendekati level yang akan membuat pasokan OPEC berkurang dan pembelian China melambat.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah titik balik harga minyak ini bakal memicu peningkatan produksi secara signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir, harga minyak yang lebih tinggi mendorong perusahaan-perusahaan minyak untuk meningkatkan produksi secara signifikan sehingga terjadi kelebihan pasokan.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *