AS-China Ribut soal Hong Kong, Harga Emas Cuma Naik Tipis

Hong Kong kini jadi episentrum ketegangan antara Washington dengan Beijing. Risk appetite investor cenderung turun dan aset-aset safe haven seperti emas masih diminati membuat harganya naik. Namun kenaikan emas menjadi terbatas seiring dengan penguatan dolar greenback.

Jumat (29/5/2020) harga emas dunia di pasar spot menguat tipis sebesar 0,06% ke US$ 1.719,45/troy ons. Pagi ini harga emas menguat terbatas karena penguatan dolar AS yang tercermin dari naiknya indeks dolar.

Indeks Dolar menguat 0,07% pada pagi ini pukul 08.45 WIB. Emas ditransaksikan dalam dolar AS, sehingga penguatan mata uang Negeri Paman Sam tersebut membuat emas yang sudah mahal jadi semakin mahal. Harga logam mulia masih sungkan untuk melorot di bawah US$ 1.700/troy ons karena ruang penguatan masih tersedia.

AS-China kembali tegang usai Kongress Rakyat Nasional (NPC) China mengabulkan proposal rancangan undang-undang keamanan nasional Hong Kong kemarin. Presiden AS Donald Trump dijadwalkan akan memberikan pidato yang menggambarkan sikapnya merespons hal ini.

CNBC International melaporkan, Standing Committee yang merupakan sebuah badan pembuat keputusan di bawah NPC sekarang tengah menindaklanjuti untuk mendetailkan undang-undang tersebut dan kemudian mengimplementasikannya di Hong Kong. Proses ini akan melewati badan legislatif Hong Kong dan bisa memakan waktu beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

Dengan lolosnya proposal tersebut, Trump akan menyampaikan sikapnya pada hari ini waktu AS. Sebelumnya DPR AS pada hari Rabu (27/5/2020) meloloskan RUU yang menyerukan sanksi terhadap para pejabat Tiongkok atas tindakan penahanan dan penyiksaan komunitas Muslim Uighur di wilayah barat Xinjiang di negara tersebut.

Retaknya hubungan AS-China di tengah merebaknya pandemi corona membuat kesepakatan dagang interim keduanya yang diteken pertengahan Januari lalu jadi terancam. Bahkan konflik keduanya dinilai dapat berkembang menjadi perang permodalan, teknologi hingga konfrontasi militer.

Retaknya hubungan AS-China menjadi faktor yang perlu dicermati betul perkembangannya oleh investor. Kala dua raksasa ekonomi dunia bertarung, maka dampaknya akan dirasakan oleh banyak negara di dunia ini. Prospek ekonomi global menjadi semakin suram dan pasar keuangan kembali bisa terguncang.

Ya, risiko memang masih ada. Hal ini mengindikasikan bahwa aset minim risiko masih diminati. Harga emas memang seolah stagnan di level US$ 1.700 dan belum mampu tembus ke US$ 1.800.

Namun dalam jangka panjang emas diyakini masih memiliki prospek yang menarik seiring dengan berbagai stimulus yang masih diberikan bank sentral maupun pemerintah.

Eropa & AS dikabarkan masih terus berupaya untuk menyelamatkan ekonomi dari serangan pandemi Covid-19 dan menyiapkan era baru (new normal) dengan stimulus tambahan.

Pada Rabu kemarin Komisi Eropa mengumumkan rencana penggelontoran stimulus untuk pemulihan ekonomi senilai EUR 750 miliar (US$ 826,5 miliar) mengingat zona Euro saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak 1930-an.

Dalam waktu dekat memang tekanan inflasi masih cenderung rendah mengingat permintaan melambat dan harga komoditas terutama minyak masih tergolong rendah. Namun stimulus yang diberikan dalam jangka panjang berpotensi menyebabkan inflasi, ini sebabnya emas sebagai aset lindung nilai (hedging) menjadi aset yang masih diminati dan masuk ke dalam portofolio para investor.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Jawa Pos

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *