Dolar Menguat, Lockdown Mau Dicabut, Harga Emas Rehat Sejenak

Harga emas kembali melorot pada perdagangan pagi ini seiring dengan penguatan dolar dan imbal hasil surat utang pemerintah AS hingga rencana berbagai negara untuk kembali memulai aktivitas ekonominya.

Selasa (28/4/2020), harga emas di pasar spot dibanderol US$ 1.701,87/troy ons. Harga emas turun 0,71%. Dalam dua hari terakhir harga emas cenderung terkoreksi setelah menyentuh level tertinggi barunya dalam 7,5 tahun di US$ 1.731,33/troy ons pada 23 April lalu.

Penurunan harga emas dipicu oleh adanya beberapa sentimen yang memberatkan. Pagi ini dolar AS menguat. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks dolar yang mengukur posisi dolar di hadapan enam mata uang lainnya.

Emas merupakan logam mulia yang ditransaksikan dalam dolar AS. Jika dolar menguat, harga emas yang sudah naik signifkan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Di sisi lain harga emas juga melorot ketika imbal hasil surat utang pemerintah AS menunjukkan adanya kenaikan. Sejak 24 April lalu, imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun cenderung naik. Hal ini juga menjadi faktor yang memberatkan bagi emas

Rencana berbagai negara untuk mulai mencabut lockdown dan memutar kembali roda perekonomian juga menjadi sentimen lain yang menjegal harga emas untuk merangkak naik lagi.

Sebagian negara Eropa yang melaporkan penurunan jumlah kasus sudah mulai melonggarkan pembatasan. Italia sebagai negara di Eropa dengan kasus kematian mencapai lebih dari 26 ribu orang berencana membuka kembali ekonominya pada 4 Mei nanti.

Di Norwegia, sekolah dasar sudah kembali dibuka terutama untuk kelas 1-4 setelah tutup sejak pertengahan Maret lalu. Beberapa usaha kecil seperti penata rambut juga sudah diperbolehkan buka.

Di Jerman, toko-toko kecil, dealer mobil hingga sekolah juga sudah mulai dibuka kembali. Langkah serupa juga diikuti oleh negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol, Kroasia dan Israel.

Pencabutan lockdown menjadi momentum untuk ekonomi kembali pulih. Namun risiko besar gelombang wabah kedua masih menanti, sehingga harga logam mulia emas tak anjllok dalam.

Lagi pula dengan berbagai stimulus yang digelontorkan oleh pemerintah maupun bank sentral membuat emas menjadi instrumen yang menarik di tengah kondisi pandemi seperti saat ini.

“Bahkan ketika lockdown dicabut, dunia masih akan jauh dari situasi normal. Risiko yang lebih besar kemudian adalah keruntuhan ekonomi,” tulis analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

“Untuk mengatasi ini, pemerintah di seluruh dunia kemungkinan akan terus menghabiskan sejumlah uang yang sangat besar – sebagian besar akan dibuat oleh bank sentral. Emas akan tetap diminati sebagai mata uang krisis seperti sekarang ini, sebagaimana tercermin dalam adanya aliran dana ke ETF. ” tambahnya.

Investor masih terus mencermati langkah bank sentral global untuk menyelamatkan perekonomian dari kejatuhan. Saat ini investor tengah fokus pada pertemuan The Fed yang berakhir Rabu ini dan dilanjutkan dengan pertemuan bank sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis.

 

 

 

 

Sumber : .cnbcindonesia.com
Gambar : Eksplorasi.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *