Harga Minyak Bangkit ke US$80,18 per Barel Didukung Pelemahan Dolar AS

Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), didukung pelemahan dolar AS dan tingginya ekspektasi permintaan bahan bakar di China.

Mengutip Reuters, Rabu (18/1), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) 32 sen atau setara 0,4 persen ke posisi US$80,18 per barel. Bahkan, harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$1,46 atau 1,7 persen ke level US$85,92 per barel.

Dolar AS yang jatuh terhadap sebagian besar mata uang utama pada Selasa (17/1) membuat harga minyak bangkit. Dengan begitu, minyak berdenominasi greenback sehingga lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan dalam laporan bulanan bahwa permintaan minyak China akan tumbuh 510 ribu barel per hari tahun ini. Sedangkan perkiraan pertumbuhan permintaan global 2023 tidak berubah, tetap 2,22 juta barel per hari.

Di lain sisi, produk domestik bruto (PDB) China meningkat 3 persen pada 2022, meleset dari target resmi sekitar 5,5 persen dan menandai kinerja terburuk kedua sejak 1976. Namun, data tersebut masih mengalahkan perkiraan analis setelah China meniadakan kebijakan nol-Covid pada Desember tahun lalu.

“China m
embuat yang terbaik dari data ekonomi mereka, dan adil untuk mengatakan itu bisa menjadi lebih buruk,” kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Bob Yawger.

Sementara itu, hasil survei The Fed memperlihatkan sektor manufaktur negara bagian New York mengalami kontraksi tajam pada awal 2023 ini. Anjloknya jumlah pesanan dan pertumbuhan lapangan kerja yang terhenti menjadi biang kerok.

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *