Ramalan Pergerakan Harga Minyak Dunia di 2023

Harga minyak bergerak liar pada 2022. Harga sempat melonjak ke US$139,13 per barel yang merupakan level tertinggi sejak 2008 pada Maret 2022.
Lonjakan harga dipicu oleh invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina. Tapi kemudian, harga minyak berangsur turun pada semester kedua 2022.

Penurunan dipicu oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Pelemahan itu memicu penurunan permintaan salah satunya dari China yang merupakan salah satu konsumen minyak terbesar dunia.

Pelemahan juga dipicu oleh kekhawatiran pasar atas lonjakan inflasi dan ancaman resesi ekonomi yang menimpa sejumlah negara termasuk AS.

Pada perdagangan jelang tutup 2022 kemarin, minyak mentah Brent memang menguat 3 persen ke US$85,91 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap di US$80,26 per barel, naik US$1,86 atau 2,4 persen.

“Tahun kemarin memang menjadi tahun yang luar biasa bagi pasar komoditas, dengan risiko pasokan yang menyebabkan peningkatan volatilitas dan kenaikan harga,” kata analis ING Ewa Manthey seperti dikutip dari Reuters, Senin (2/1).

Ia memperkirakan tahun ini minyak masih diwarnai ketidakpastian. Pasalnya, investor pada 2023 ia perkirakan terus mengambil pendekatan yang hati-hati karena mewaspadai kenaikan suku bunga dan kemungkinan resesi.

“Banyak volatilitas yang terjadi,” katanya.

Analis dari Again Capital LLC di New York John Kilduff mengatakan permintaan dan pertumbuhan permintaan minyak masih akan jadi pertanyaan investor usai sejumlah bank secara agresif menaikkan bunga acuan demi menanggulangi lonjakan inflasi yang terjadi belakangan ini.

“Permintaan dan pertumbuhan permintaan akan menjadi pertanyaan nyata karena tindakan keras bank sentral global dan perlambatan yang mereka coba rekayasa,” katanya.

Sementara itu sebuah survei terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak Brent mencapai rata-rata US$89,37 per barel pada tahun ini atau 4,6 persen lebih rendah dari konsensus dalam survei November.

Sementara itu harga minyak mentah AS diproyeksikan rata-rata US$84,84 per barel pada 2023, turun dari pandangan ekonom sebelumnya.

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *