Dolar AS Perkasa, Euro Tak Bertenaga

Kurs dolar Amerika Serikat (USD) terpantau terapresiasi pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), di tengah pelemahan euro. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,35 persen menjadi 110,2140.

Mengutip Xinhua, Rabu, 7 September 2022, pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi USD0,9914 dari USD0,9926 di sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris naik menjadi sebesar USD1,1523 dari USD1,1513 di sesi sebelumnya. Sedangkan dolar Australia turun menjadi USD0,6735 dari USD0,6795.

Sementara itu, dolar AS dibeli 142,84 yen Jepang, lebih tinggi dibandingkan dengan 140,59 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9843 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9796 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3149 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3141 dolar Kanada.

Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat bergerak turun pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB) memperpanjang kerugian yang mereka derita akhir-akhir ini. Sedangkan pemerintah dan The Fed terus berupaya menekan lonjakan inflasi yang memberikan pengaruh terhadap pasar saham.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 173,14 poin atau 0,55 persen menjadi 31.145,30. Sedangkan indeks S&P 500 turun 16,07 poin atau 0,41 persen menjadi 3.908,19. Kemudian indeks Komposit Nasdaq merosot 85,95 poin atau 0,74 persen menjadi 11.544,91.

Sebanyak tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di area merah, dengan sektor layanan komunikasi dan energi masing-masing turun 1,26 persen dan 1,08 persen, memimpin penurunan. Sedangkan sektor ral estat naik 1,02 persen, kelompok dengan kinerja terbaik.

Institute for Supply Management melaporkan indeks manajer pembelian jasa (PMI) AS naik menjadi 56,9 persen pada Agustus dari 56,7 persen pada bulan sebelumnya. Angka di atas 50 persen menunjukkan ekspansi di sektor ini, sementara angka di bawah menandakan kontraksi.

Wall Street terus terbebani oleh inflasi AS dan seberapa jauh Federal Reserve harus menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi ke targetnya.

“The Fed ingin melihat inflasi melambat dan pasar tenaga kerja mendingin sebelum mereka mempertimbangkan untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga,” kata Analis UBS seraya menambahkan sangat mungkin Fed akan menaikkan suku bunga di masing-masing tiga pertemuan kebijakan yang tersisa pada 2022.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : DW

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *