“Hantu” Resesi Gentayangan Lagi, Rupiah Jadi Sulit Menguat

Kembali munculnya isu resesi membuat rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan kemarin dan berisiko berlanjut pada perdagangan hari ini, Selasa (29/3).

“Hantu” resesi kembali menggentayangi perekonomian global setelah terjadi inversi yield obligasi AS.

Inversi yield obligasi terjadi ketika yield tenor jangka pendek lebih tinggi ketimbang tenor jangka panjang.

Inversi yield di Amerika Serikat menjadi pertanda buruk. Sebab, berdasarkan riset dari The Fed San Francisco yang dirilis 2018 lalu menunjukkan sejak tahun 1955 ketika inversi yield terjadi maka akan diikuti dengan resesi dalam tempo 6 sampai 24 bulan setelahnya.

Sepanjang periode tersebut, inversi yield Treasury hanya sekali saja tidak memicu resesi (false signal).

Inversi yield Treasury terakhir kali terjadi di Amerika Serikat pada 2019 lalu yang diikuti dengan terjadinya resesi, meski juga dipengaruhi oleh pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Inversi terjadi saat ini terjadi pada yield tenor 5 tahun yang sebesar 2,563% sementara tenor 30 tahun berada di 2,55%. Dua tenor ini terakhir kali mengalami inversi pada 2006, dan setelahnya terjadi krisis finansial global.

Sementara yield obligasi tenor 2 tahun berada di kisaran 2,336% dan tenor 10 tahun di 2,466%, atau selisihnya hanya 0,13% saja, dan bisa sewaktu-waktu mengalami inversi juga.

Kemungkinan terjadinya resesi juga diungkapkan Triliuner Carl Icahn.

“Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi,” kata Icahn, dalam acara “Closing Bell Overtime” CNBC International, Selasa (22/3/2022).

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih bergerak di kisaran rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200 yang bergerak mendatar. Hal ini menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.

Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$ hingga Rp 14.340/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ yang merupakan batas atas pola rectangle.

Sementara jika mampu menembus support, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.300/US$.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *