Bos BoJ Pede Tingkat Inflasi Dekati Target 2%

Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda meyakini tingkat inflasi konsumen dapat mendekati angka dua persen pada kenaikan biaya bahan baku. Kondisi itu menawarkan sinyal yang paling jelas sampai saat ini bahwa tekanan kenaikan harga akan terus terjadi.

Namun, dia mengatakan, bank sentral Jepang akan mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar untuk memastikan setiap kenaikan harga disertai dengan upah yang lebih tinggi dan mendorong pemulihan ekonomi. Sejauh ini, Jepang terus berjuang meredam efek negatif dari pandemi covid-19.

“Memang benar ada kemungkinan inflasi konsumen akan mendekati dua persen melalui berbagai saluran. Tetapi apa yang diinginkan adalah agar ekonomi pulih dengan mantap dan mendorong keuntungan perusahaan, sehingga mengarah pada upah dan inflasi yang lebih tinggi,” kata Kuroda, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 16 Desember 2021.

“Kami akan dengan sabar mempertahankan kebijakan ultra-mudah untuk mencapai ini secepat mungkin,” tambahnya.

Pernyataan Kuroda mengikuti apa yang disampaikan oleh Wakil Gubernur BoJ Masayoshi Amamiya. Pekan lalu, Amamiya mengatakan, tekanan inflasi secara bertahap tumbuh di Jepang dengan lebih banyak perusahaan yang mampu membebankan biaya lebih tinggi kepada konsumen.

Jepang tak kebal terhadap inflasi komoditas global dengan harga grosir naik ke rekor 9,0 persen pada November dari tahun sebelumnya. Tetapi inflasi konsumen inti tertahan di sekitar nol dan naik 0,1 persen pada Oktober, karena perusahaan tetap berhati-hati dalam membebankan biaya kepada konsumen di tengah kekhawatiran rumah tangga dapat menahan pengeluaran.

Kuroda mengatakan kenaikan harga grosir baru-baru ini kemungkinan tidak akan segera mendorong inflasi konsumen. Namun, dia mengatakan, pemotongan biaya ponsel memangkas 1,5 poin dari inflasi konsumen. “Saat mengabaikan efeknya, inflasi konsumen agak lebih tinggi dari 0,1 persen,” kata Kuroda.

Meningkatnya biaya bahan baku telah muncul sebagai sumber kekhawatiran bagi para pembuat kebijakan, karena mereka memukul ekonomi yang baru saja dibuka kembali dari pembatasan yang disebabkan oleh pandemi pada 30 September. Perdana Menteri Fumio Kishida awal bulan ini menyuarakan keprihatinan bahwa kenaikan inflasi global berisiko menyebar ke Jepang.

Namun Kuroda menepis kemungkinan negara itu akan menghadapi kemerosotan ekonomi disertai dengan inflasi yang lebih tinggi. Ia tidak berpikir Jepang berada dalam keadaan stagflasi.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : MSN

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *