Varian Delta Covid-19 Mulai Goyang Ekonomi China

Roda ekonomi China mandek pada Agustus lalu, seiring dengan usaha pemerintah setempat menghentikan lonjakan varian delta covid-19 dan berjibaku dengan krisis pengiriman barang yang masih berlangsung.

Survei resmi menyebut aktivitas manufaktur (PMI) China turun dari 50,4 menjadi 50,1 pada Agustus. Kendati penurunannya tidak signifikan, namun capaian itu menjadi pertumbuhan terendah China sejak pandemi covid-19 dimulai.

Industri jasa juga terpukul. Tengok saja, data PMI non-manufaktur merosot dari 53,3 menjadi 47,5 untuk periode sama. Penurunan tersebut menjadi kontraksi pertama sejak Februari 2020 lalu.

Awalnya, ekonomi China berhasil bertahan jauh lebih baik dari negara lainnya. Pada tahun lalu, ekonomi China masih tumbuh positif ketika berbagai negara bergiliran terperosok ke dalam jurang resesi.

Namun, ekonomi China mulai tergoyahkan akibat varian delta covid-19 dan membuat target nol kasus covid-19 di China berantakan.

Pandemi covid-19 yang terburuk mendorong pemerintahan Xi Jinping mengambil tindakan dramatis untuk menghentikan infeksi baru, seperti penguncian wilayah (lockdown), membatalkan penerbangan, serta menangguhkan perdagangan.

Strategi agresif dan tanpa kompromi tersebut tampaknya mampu menahan laju penyebaran varian delta, namun dengan mengorbankan ekonomi negara.

“Survei terbaru menunjukkan bahwa ekonomi China mengalami kontraksi bulan lalu karena gangguan virus sangat membebani aktivitas layanan,” kata Julian Evans-Pritchard, Ekonom Senior di Capital Economics, dikutip dari CNN Business pada Rabu (1/9).

Dia menambahkan bahwa penurunan PMI non-manufaktur didorong oleh gangguan di sektor jasa akibat pembatasan pergerakan. Di sisi lain, konsumen menjadi lebih berhati-hati di tengah meluasnya wabah varian baru.

Bermasalahnya rantai pasokan ikut memperparah keadaan. Perdagangan global sedang menghadapi kekacauan selama beberapa bulan terakhir karena tingkat produksi manufaktur meningkat seiring dengan meledaknya permintaan konsumen.

Di sisi lain, kekurangan kontainer di dunia logistik membuat rantai pasokan terganggu. Belum selesai tumpukan (backlog) logistik China, keadaan diperparah dengan keputusan pemerintah setempat menutup terminal di Pelabuhan Ningbo-Zhoushan, Shanghai.

Terminal ditutup selama beberapa minggu setelah seorang pekerja dermaga dinyatakan positif covid-19. Penutupan tersebut menambah tumpukan logistik yang belum mampu dikirim dari rumah beberapa pelabuhan peti kemas tersibuk di dunia.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *