The Fed Kekeuh Dovish, Pada Borong Emas & Balik ke US$ 1.750

Harga emas mulai menguat lagi. Pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (18/3/2021), harga logam mulia emas naik 0,33% dan tembus ke level psikologis US$ 1.750,26/troy ons.

Dolar AS yang mulai kehilangan momentum untuk menguat memberi ruang untuk emas melesat lagi setelah sekian lama anjlok. Bank sentral AS The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di angka mendekati nol persen.

Menariknya lagi meskipun The Fed cenderung optimis terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun ini tetapi mereka tak terlihat ingin buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Bahkan sampai di tahun 2023.

Stance dovish yang dipertahankan oleh The Fed ini membuat greenback tertekan. Emas pun menjadi diuntungkan.

The Fed memperkirakan ekonomi Paman Sam bakal tumbuh 6,5% tahun ini. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan proyeksi sebelumnya di angka 4,2%. Di tahun 2022, output AS diperkirakan masih bakal ekspansif di angka 3,3% lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 3,2%.

Namun untuk tahun 2023, produk domestik bruto (PDB) AS diramal naik 2,2% atau lebih rendah dari perkiraan terakhir di bulan Desember lalu di angka 2,4%.

Bank sentral AS juga optimistis sektor tenaga kerja akan terus pulih pasca krisis yang terjadi pada 2020 akibat pandemi Covid-19. Untuk tahun 2021, tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 4,5%. Lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan Desember sebesar 5,0%.

Untuk tahun depan, tingkat pengangguran diharapkan menjadi 3,9% juga lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4,2%. Pada tahun 2023, tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 3,5%. Lagi-lagi lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan Desember sebesar 3,7%.

Bank sentral AS juga memperkirakan tekanan inflasi akan meningkat. Proyeksi The Fed menunjukkan bahwa Personal Consumption Expenditures Index (PCE) diperkirakan naik 2,4% pada 2021. Angka tersebut naik dari proyeksi Desember sebesar 1,8%.

Tekanan inflasi diperkirakan akan terus tumbuh pada tahun 2022 dengan PCE naik 2,0%, naik dari perkiraan Desember sebesar 1,9%. Pada 2023, Federal Reserve memperkirakan inflasi akan mencapai 2,1%.

Sementara itu untuk ekspektasi inflasi inti yang tidak menghitung komponen volatile food dan harga energi, diperkirakan akan naik 2,2% tahun ini. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 1,8%.

Tahun depan, inflasi inti diperkirakan naik 2,0%. Naik 0,1 poin persentase dibandingkan dengan perkiraan Desember sebesar 1,9%. Pada tahun 2023, inflasi diperkirakan akan meningkat menjadi 2,1%.

Outlook kenaikan inflasi tersebut membuat emas jadi punya tenaga menguat. Maklum emas adalah salah satu aset yang digunakan untuk lindung nilai ketika terjadi kenaikan inflasi.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompas.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *