Dag..Dig..Dug Tunggu Keputusan OPEC+, Harga Minyak Ambles

Optimisme seputar perkembangan vaksin Covid-19 yang positif membuat harga kontrak futures minyak mentah menguat 7%-8% minggu lalu. Harga emas hitam diperkirakan bakal mengalami penguatan lebih dari 20% sepanjang November.

Namun menjelang pertemuan penting para produsen minyak global yang terdiri dari organisasi negara eksportir minyak (OPEC) dan koleganya termasuk Rusia atau yang dikenal sebagai OPEC+ yang akan digelar minggu ini, harga minyak justru terkoreksi.

Pada perdagangan pagi awal pekan Senin (30/11/2020), harga kontrak minyak yang teraktif diperdagangkan turun lebih dari 0,5%. Kontrak Brent ambles 0,93% ke US$ 47,73/barel sementara kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 0,68% ke US$ 45,22/barel.

Kendati turun di perdagangan awal pekan ini, harga minyak masih bergerak di level tertingginya sejak pekan pertama bulan Maret. Kenaikan harga minyak juga menjadi yang tertinggi sejak bulan Mei 2020.

Analis dan trader mengharapkan OPEC+ untuk menunda peningkatan produksi minyak yang direncanakan tahun depan karena gelombang kedua Covid-19 telah mengurangi permintaan global untuk bahan bakar.

OPEC+ sebelumnya setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 2 juta barel per hari (bph) pada Januari atau sekitar 2% dari konsumsi global setelah rekor pemotongan pasokan sampai hampir 10% dari total output tahun ini.

Melansir Reuters, OPEC+ mengadakan pembicaraan putaran awal pada hari Minggu. Namun para kartel belum menemukan konsensus tentang kebijakan produksi minyak untuk 2021 menjelang pertemuan penting pada hari Senin dan Selasa, menurut empat sumber OPEC+.

“Tanda-tanda perpecahan di OPEC meningkatkan prospek kelompok tersebut tidak menyetujui perpanjangan pengurangan produksi saat ini,” kata analis ANZ.

ANZ memperkirakan bahwa surplus pasar minyak bisa mencapai 1,5 juta hingga 3 juta barel per hari pada paruh pertama 2021 jika OPEC+ tidak memperpanjang periode pemangkasan produksi minyaknya.

Kabar lain menyebutkan Irak tidak akan meminta OPEC untuk dibebaskan dari pakta yang bertujuan untuk mengurangi produksi, dan harga minyak diperkirakan akan mencapai sekitar US$ 50 pada awal 2021.

Menteri Ihsan Abdul Jabbar, mengatakan komitmen anggota kesepakatan itu akan membantu meningkatkan harga minyak dan Irak tidak mencari pembebasan karena khawatir akan penurunan harga minyak akan terjadi lagi.

Di sisi lain faktor yang turut menekan OPEC+ untuk tetap memperpanjang periode pemangkasannya sebesar 7,7 juta bph adalah output minyak Libya yang telah kembali ke level 1,25 juta bph. Di sisi lain sejak harga minyak menyentuh level US$ 40/barel banyak para produsen migas AS yang mulai menggenjot outputnya.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Zawya

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *