Bye-bye Trump, Welcome Biden & Emas Tembus US$ 2.000 Lagi!

Dolar AS yang terus melemah membuat harga emas global punya momentum untuk naik. Euforia terjadi di pasar keuangan global menyambut kemenangan kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden.

Mengawali hari pertama perdagangan pekan ini, Senin (9/11/2020) harga emas naik 0,19% dibanding posisi penutupan akhir pekan lalu. Pada 09.00 WIB, harga emas dunia di arena pasar spot dipatok di US$ 1.955,1/troy ons.

Pada saat yang sama, indeks dolar yang mencerminkan posisi greenback terhadap mata uang lain drop 0,04%. Indeks dolar jatuh lagi ke level terendahnya dalam dua tahun terakhir.

Untuk memenangkan pemilu presiden di AS, kandidat harus memperoleh 270 dari 538 suara elektoral. Sampai sejauh ini, mantan wakil presiden era Barrack Obama sudah meraup 290 suara elektoral meninggalkan petahana jauh dengan 214 suara elektoral.

Namun intrik politik masih akan mewarnai pemilihan presiden tahun ini karena Donald Trump selaku presiden dan kandidat presiden AS ke-46 tidak terima atas kekalahannya dan bakal menggugat hasil pemilu melalui jalur hukum.

Pelaku pasar sudah semakin terbiasa dengan potensi Biden menang atas Trump. Kemenangan Biden membuat dolar semakin tertekan lantaran ambisi untuk menggelontorkan stimulus ekonomi jumbo semakin di depan mata.

Hanya saja negosiasi soal paket bantuan ekonomi AS jilid II senilai US$ 2,2 triliun yang diusulkan oleh Demokrat nampaknya masih akan berjalan alot. Pasalnya kongres masih terbelah dengan Demokrat yang menguasai majelis rendah atau House (DPR) dan Republik yang menguasai Senat.

Hasil pemilu AS tahun ini dinilai oleh para analis bisa mengembalikan kejayaan emas ke posisi tertingginya sepanjang sejarah di US$ 2.000/troy ons. Untuk mencapai level tersebut harga emas harus bisa melewati level resisten di US$ 1.980/troy ons terlebih dulu menurut TD Securities, sebagaimana diwartakan Kitco News.

Memasuki periode musim dingin akhir tahun, kasus infeksi Covid-19 di Amerika dan Eropa terus mengalami peningkatan yang signifikan. Lockdown dengan berbagai derajat keketatan diterapkan lagi di negara-negara Eropa.

Kenaikan kasus yang memicu lockdown ini semakin membuat prospek pemulihan ekonomi global menjadi suram. Akibatnya minat terhadap aset-aset minim risiko (safe haven) seperti emas tetap tinggi.

Pekan lalu bos bank sentral AS the Fed yaitu Jerome Powell kembali menegaskan bahwa resesi ekonomi tahun ini sangat parah dan butuh waktu untuk kembali ke kondisi sebelum pandemi.

Untuk itu koordinasi antara kebijakan fiskal yang ekspansif dan moneter yang ultra-longgar mutlak diperlukan. Berdasarkan rapat komite pengambil kebijakan the Fed (FOMC), suku bunga acuan tetap di tahan di kisaran 0% – 0,25%.

Bank sentral paling berpengaruh di dunia itu juga mengatakan program pembelian aset-aset keuangan seperti obligasi pemerintah AS hingga efek beragun aset properti tetap dilanjutkan.

Stimulus jumbo yang diberikan pemerintah di seluruh dunia ini punya dampak positif terhadap harga emas. Harga bullion terbang lebih dari 25% sepanjang tahun ini karena besarnya injeksi likuiditas di pasar berpotensi mengerek inflasi yang tinggi di masa mendatang.

Investor pun mencari aset keuangan yang aman dan memberikan imbal hasil yang positif. Emas lah jawaban dari semua itu karena untuk saat ini surat utang pemerintah AS yang juga menyandang predikat safe haven memberikan imbal hasil riil negatif setelah dikurangi inflasi.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Warta Ekonomi

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *