Permintaan BBM di AS Naik, Minyak Dunia Berbalik Menguat

Harga minyak mentah dunia naik pada perdagangan Kamis (25/6) waktu setempat atau Jumat (26/6) pagi WIB. Peningkatan harga terjadi karena membaiknya ekonomi Amerika Serikat dan kenaikan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Negeri Paman Sam tersebut.

Dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus meningkat 74 sen atau 1,8 persen menjadi US$41,05 per barel di London ICE Futures Exchange. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 71 sen atau 1,9 persen menjadi US$38,72 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sinyal perbaikan ekonomi AS berasal dari berkurangnya jumlah penduduk negara tersebut yang mengajukan tunjangan pengangguran kepada pemerintah. Sinya juga bisa dilihat dari tingkat pesanan barang modal utama untuk sejumlah industri yang mulai naik (rebound) pada Mei 2020.

Hanya saja, perbaikan data ekonomi tampaknya belum bisa menghindarkan AS dari kemerosotan laju ekonomi pada kuartal II 2020. Proyeksinya, ekonomi AS turun 40 persen secara tahunan.

“Bagian dari rebound di sini adalah gagasan bahwa semua langkah-langkah stimulus yang dipompa bank sentral dan pemerintah dunia ke dalam perekonomian akan memiliki dampak positif pada aktivitas ekonomi dan bahwa itu akan mendukung permintaan,” kata Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy Gene McGillian.

Sementara dari sisi BBM, permintaan meningkat seiring mulai ramainya lalu lintas jalan raya di beberapa kota besar di dunia sepanjang Juni 2020. Bahkan, kondisinya hampir sama dengan 2019 lalu.

Namun begitu, analis melihat kebangkitan harga minyak dunia agak tertahan. Sebab, jumlah kasus virus corona atau covid-19 masih meningkat di AS, termasuk Oklahoma, Texas dan Florida.

Bahkan, data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mencatat ada 34.191 kasus baru di AS pada Kamis (25/6). Dengan begitu, ada 2,32 juta kasus di AS dengan jumlah kematian mencapai 120,95 ribu orang.

“Satu-satunya penghalang adalah jika jumlah kasus Covid-19 meningkat dan kita harus memberlakukan kembali pernguncian,” ungkapnya.

Di sisi lain, investor masih mempertimbangkan proyeksi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang menyebut kontraksi ekonomi akan lebih dalam dari ramalan sebelumnya. Kemudian, investor juga menanti kebijakan baru dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) ditambah Rusia atau dikenal OPEC+.

Sebelumnya, OPEC+ sepakat memangkas jumlah produksi sampai Juli 2020. Setelah itu, belum ditentukan seperti apa angka produksi para negara OPEC+ sampai akhir tahun.

 

 

 

 

Sumber: cnnindonesia.com
Gambar: Okezone

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *