The Fed Berkorban ‘Cetak Uang’ Ratusan Triliun Demi Ekonomi

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed menambah pembelian obligasi korporasi. Ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi yang terpukul luar biasa akibat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Mengutip data The Fed, bank sentral pimpinan Ketua Jerome ‘Jay’ Powell tersebut menaikkan kepemilikan obligasi korporasi sebanyak US$ 1,68 miliar (sekira Rp 23,95 triliun dengan kurs saat ini) menjadi US$ 8,71 miliar (Rp 124,16 triliun). Selain obligasi korporasi, The Fed juga membeli instrumen credit exchange-trade funds.

Program ini disebut Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF). Tujuannya adalah menyuntikkan dana langsung ke sektor riil melalui pembelian obligasi korporasi. Seperti ‘mencetak uang’ tetapi dalam bentuk injeksi likuiditas langsung ke perekonomian, bukan sekadar mempengaruhi likuiditas di perbankan dengan mengutak-atik suku bunga atau Giro Wajib Minimum.

“Saat ini pasar obligasi korporasi menjadi lebih semarak, semakin banyak perusahaan yang menerbitkan obligasi karena program The Fed. Ini tentu menjadi sentimen positif di pasar,” kata Nicholas Elfner, Co-Head of Research di Breckinridge Capital Advisors, seperti diberitakan Reuters.

The Fed bisa ‘terjun’ ke sektor rill karena memiliki mandat yang luas. Tidak sekadar menjaga stabilitas nilai tukar mata uang, bank sentral paling berpengaruh di dunia itu juga berkewajiban untuk mewujudkan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

Oleh karena itu, The Fed bisa langsung turun ke sektor riil untuk memastikan dunia usaha tetap sehat dan mampu menciptakan lapangan kerja. Salah satu caranya adalah ‘mencetak uang’ dengan suntikan likuiditas langsung ke korporasi dalam bentuk pembelian obligasi.

Dibandingkan dengan Bank Indonesia (BI), mandatnya memang agak berbeda. Pasal (1) UU No 3/2004 memang menyebutkan tujuan BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Namun pada pasal (2) disebutkan bahwa BI juga bertugas melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

Poin mempertimbangkan kebijakan pemerintah bisa menjadi pintu masuk bagi BI untuk lebih berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi kalau nanti ada kebutuhan BI perlu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan cara memborong obligasi korporasi, why not?

Saat kebijakan pemerintah sampai kaki di kepala-kepala di kaki untuk menyelamatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, ada baiknya BI ikut membantu.

 

 

 

 

 

Sumber: cnbcindonesia.com
Gambar: The Fed

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *