Sudah Tak Minus Lagi, Harga Minyak Merangkak Naik

Harga minyak mentah kontrak pengiriman Juni pagi ini bergerak naik setelah terjun bebas di awal pekan akibat banjirnya pasokan minyak di tengah pandemi virus corona (COVID-19).

Kamis (23/4/2020), pukul 09.15 WIB harga minyak mentah kontrak pengiriman Juni melesat lebih dari 2%. Brent naik 3,93% ke US$ 21.17/barel sementara WTI yang sempat ambles ke wilayah negatif kini dibanderol US$14,39/barel atau menguat 2,32%.

Penguatan harga minyak dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menginstruksikan angkatan laut AS untuk menghancurkan kapal patroli Iran jika mengganggu kapal milik AS. Pernyataan ini ditulis oleh Trump melalui akun twitternya.

Di sisi lain harga minyak mentah kontrak berjangka yang sudah terlampau murah membuat para trader menutup posisi short-nya. Secara simpel short atau short selling adalah sebuah transaksi penjualan suatu aset karena diyakini harganya akan jatuh dan aset tersebut akan dibeli ketika harganya jatuh. Selisih harga jual dan beli ini menjadi keuntungan para trader.

Semalam, EIA merilis data mingguan minyak mentah AS. Stok minyak mentah AS periode mingguan yang berakhir pada 17 April 2020 naik 15 juta barel. Angka yang sangat fantastis memang secara historis.

Namun pertambahan stok dalam sepekan lalu itu masih jauh lebih rendah dari pekan sebelumnya yang meningkat hingga 19 juta barel dan juga lebih rendah dari ekspektasi pasar yang mengestimasi kenaikan stok akan mencapai angka 15,1 juta barel.

Walau masih sangat besar kenaikannya tetapi angka yang lebih rendah dari periode sebelumnya dan ekspektasi pasar cukup menjadi sentimen yang positif. Di sisi lain rencana berbagai negara di dunia seperti Italia dan Belanda yang akan mencabut lockdown juga turut memberi angin segar untuk harga minyak.

Pencabutan lockdown berarti aktivitas ekonomi akan bergeliat lagi. Hal ini perlahan akan mendongkrak permintaan minyak yang sudah sangat melemah beberapa bulan terakhir akibat pandemi COVID-19 yang membuat harga minyak terjun bebas bahkan sampai mencetak sejarah baru lantaran harga minyak tembus di bawah US$ 0/barel.

Krisis energi di tahun 2020 yang disebabkan oleh pandemi memicu anjloknya permintaan minyak global. Agensi Energi Internasional (IEA) meramal permintaan minyak untuk bulan April adalah 29 juta barel per hari (bpd) lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu dan angka ini menjadi yang terendah sejak 1995.

Dari sisi pasokan sendiri Arab Saudi beserta koleganya termasuk Rusia (OPEC+) hanya memangkas 9,7 juta bpd produksi minyaknya. Itu pun baru dilakukan pada bulan Mei. Padahal permintaan minyak sudah anjlok sangat dalam sejak Maret lalu.

Hal ini lah yang membuat harga emas hitam terjun bebas lantaran banjir pasokan. Saking banjirnya dan stok di penyimpanan (storage) berada dalam kapasitas penuh.

“Dunia kehabisan tempat untuk menyimpan minyak,” kata Nysveen selaku mitra senior di Rystad Energy sebagaimana diwartakan CNBC International.

Jean-Pierre Durante selaku kepala penelitian terapan di Pictet Wealth Management setuju dengan pernyartaan Nysveen tentang situasi tersebut dan mengatakan dalam sebuah catatan bahwa “dunia dibanjiri minyak”. Ia juga menambahkan “Kapasitas penyimpanan dunia akan dengan cepat mencapai titik jenuh”.

Kapasitas penuh di storage memicu produsen untuk menjual minyaknya secara cuma-cuma bahkan pelanggan diberi insentif karena tidak ada tempat lagi untuk menyimpan minyak. Ini lah yang jadi pemicu harga minyak sempat berada di teritori negatif.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : iNews

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *