Calon Emiten yang Antre IPO di Januari 2020

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sebanyak 40 perusahaan sedang dalam proses antre mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga awal tahun 2019. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen menyampaikan minat perusahaan melangsungkan initial public offering (IPO) masih cukup tinggi. Berdasarkan data BEI, sejak awal tahun hingga 13 Desember 2019, ada 52 perusahaan baru yang mencatatkan saham perdana di BEI dengan nilai emisi IPO diproyeksikan mencapai Rp 14 triliun.

“Masih terdapat 40 emiten lagi yang di pipeline dalam proses IPO. Penawaran perkiraan hampir Rp 15 triliun,” kata Hoesen, Selasa pekan sebelumnya (17/12/2019) di Gedung BEI. Adapun pada Senin lalu (23/12/2019), PT Galva Technologies Tbk (GLVA)menjadi emiten pamungkas di penghujung tahun ini dan menjadi perusahaan tercatat ke 55 sepanjang tahun 2019 dan emiten ke-668 di BEI. “Galva menjadi emiten ke-55 yang melakukan IPO sekaligus yang terakhir di tahun 2019,” ungkap Direktur Utama Galva Technologies, Oki Widjaja di BEI, Jakarta, usai pencatatan saham.

Perseroan melepas 300 juta saham atau setara 20% saham ke publik dengan harga penawaran umum Rp 225 per saham dan dicatatkan di papan pengembangan BEI. Dengan demikian, perolehan jumlah perusahaan tercatat (emiten) baru tahun 2019 sebanyak 55 emiten, sama dengan capaian tahun 2018 sebanyak 55 emitenLebih lanjut, Hoesen mengungkapkan dari total 40 emiten yang mengantre tersebut, 11 emiten di antaranya masuk dalam kategori menegah ke bawah dengan nilai emisi mencapai Rp 631 miliar. Di tengah kondisi pasar saham yang dinamis, Hoesen menyebut, nilai emisi dari penerbitan IPO saham dan obligasi per Desember mencapai Rp 195,3 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, memang ada 33 perusahaan dalam pipeline hingga akhir tahun 2019. Namun, yang akan merealisasikan pencatatan saham perdana hanya sekitar 3-4 emiten, selebihnya diperkirakan baru akan mencatatkan saham perdana di tahun depan. Sayangnya, Nyoman tak ingin menyebutkan, dari jumlah 33 perusahaan calon emiten itu siapa saja dengan target emisi di atas Rp 1 triliun. “Saya tidak bisa menyampaikan karena adanya regulasi dan komitmen juga perusahaan belum bisa menyampaikan,” pungkas Nyoman Yetna.

Tahun ini, target BEI mendatangkan sekitar 57 perusahaan tercatat, sementara total target pencatatan efek di BEI pada tahun ini mencapai 75 termasuk efek lainnya seperti DIRE (dana investasi real estate), EBA (efek beragun aset), dan ETF (exchange traded fund), dan beberapa efek lainnya. Dari total 55 emiten baru yang sudah tercatat tahun ini (tidak ada pertambahan lagi), PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID) tercatat sebagai emiten dengan perolehan emisi terbesar yakni mencapai Rp 1,2 triliun dengan melepas 831 juta saham dengan harga IPO Rp 1.500/saham. Sebagai gambaran, pada tahun 2018, BEI berhasil mencatat rekor jumlah perusahaan tertinggi sejak tahun 1992, di mana 55 perusahaan melantai di BEI. PT Phapros Tbk (PEHA) menjadi emiten pamungkas di 2018 yang mencatatkan saham perdana di BEI pada 26 Desember 2018.

Jumlah IPO yang sama dengan tahun lalu, 55 emiten, ditengarai karena ada beberapa perusahaan yang menunda IPO tahun depan. Beberapa yang menunda yakni PT Lion Mentari Airlines dan PT Softex Indonesia. “Begini lho, mereka (Lion, Softex) sudah mempersiapkan keputusan itu (IPO), tapi keputusan timingyang tepat itu mereka pasti underwriteryang akan menentukan (waktu) yang tepat,” tegas Dirut BEI Inarno Djajadi, usai acara Syariah Investment Week 2019, di Gedung BEI, Kamis (21/11/2019).

Selain Lion dan Softex, calon emiten lain bahkan sudah siap listing di Januari 2020 di antaranya PT Bank Amar Indonesia, PT AshmoreAsset Management Indonesia, PT Perintis Triniti Properti (Triniti Land), dan PT Diamond Food Indonesia.

Bank Amar Indonesia siap masuk BEI dengan skema IPO dan target pencatatan saham (listing) pada 9 Januari 2020. Perseroan akan menerbitkan sebanyak 1.206.068.500 saham dengan nominal Rp 100/saham. Berdasarkan prospektus perusahaan, Bank Amar menunjuk penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) yakni PT UOB Kay Hian Sekuritas, dengan penjamin emisi efek lainnya akan ditentukan kemudian. Besaran saham IPO tersebut mewakili 15,01% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Adapun harga penawaran per saham belum ditentukan, begitu juga dengan besaran target dana IPO.

Ashmore Asset Management Indonesia akan menjadi perusahaan manajer investasi (MI) murni pertama di dalam negeri yang melakukan IPO. Perseroan menganggarkan dana Rp 200 miliar dari dana IPO untuk pengembangan teknologi informasi perseroan. Dalam IPO itu, masa penawaran awal saham Ashmore berakhir pada 19 Desember dan prediksi tanggal efektif dari OJK pada 30 Desember. Perusahaan diprediksi akan mencatatkan saham  di bursa pada 14 Januari di awal tahun depan. AshmoreAsset Management menawarkan 111,11 juta (10%) saham dengan nilai nominal Rp 25. Perseroan yang belum menggelar paparan publik (public expose) dalam proses penawaran saham tersebut, juga belum bersedia mengeluarkan nilai saham yang akan dilego. “Kami menawarkan kepada publik, sesuai peraturan, tetapi untuk informasi harga (penawaran IPO) kami serahkan kepada penjamin emisi supaya satu pintu informasi,” ujar Arief C. Wana, Direktur Ashmore, ketika dihubungi CNBC Indonesia (17/12/19).

Perusahaan yang bergerak di bisnis properti, PT Perintis Triniti Properti (Triniti Land) akan mencatatkan saham perdana di BEI melalui skema IPO pada awal tahun depan. Perseroan berencana melepas 1,093 miliar saham baru atau setara 25% saham yang ditawarkan dengan harga penawaran umum Rp 200 – Rp 250 per saham. President & CEO Triniti Land, Ishak Chandra menyatakan, dari aksi korporasi ini, Triniti bakal meraup dana IPO sebesar Rp 200 miliar- Rp 250 miliar. Dana hasil IPO rencananya sebesar 35% akan dipakai untuk tambahan modal kerja entitas anak, PT Triniti Menara Serponguntuk pembangunan proyek apartemen Collins Boulevard. Sisa 35% lainnya digunakan untuk memberikan pinjaman entitas anak lainnya, PT Puri Triniti Batamuntuk modal kerja dan membangun proyek Marc’sBoulevard. Sisanya, sebesar 30% akan dialokasikan sebagai biaya operasional perusahaan. Masa penawaran awal akan berlangsung pada 12-18 Desember 2019. Penawaran umum dijadwalkan 2-8 Januari 2020 dengan pencatatan saham perdana di BEI pada 15 Januari 2020 mendatang.

BEI menyebutkan perusahaan produsen susu segar dan es krim, PT Diamond Food Indonesia akan melakukan IPO, selambatnya akan mencatatkan sahamnya di Januari 2020. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I GDN Yetna Setia mengatakan perusahaan ini merupakan holding usaha dari PT Diamond Cold Storage. Perusahaan ini menggunakan laporan keuangan Juli 2019 dalam aksi korporasinya kali ini. “PT Diamond Food Indonesia adalah holding PT Diamond Cold Storage,” kata Yetnadi Jakarta, Rabu (4/12/2019). Perusahaan ini masuk dalam sektor consumer goods industry bersama dengan dua rekan satu sektornya yakni PT Morenzo Abadi Perkasa dan PT Era Mandiri Cemerlang.

 

 

Sumber : CNBC INDONESIA
Gambar : thejakartapost.com

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *