Turunkan GWM, Jurus BI Bantu Dongkrak Ekonomi yang Lesu

Bank Indonesia kembali memutar otak mengeluarkan kebijakan moneter untuk membangkitkan gairah perekonomian dalam negeri. Kemarin, secara mengejutkan BI menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk kedua kalinya di tahun ini.

Kali ini penurunan sebesar 50 basis poin (bps) untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah sehingga masing-masing menjadi 5,5% dan 4,0%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, penurunan GWM bertujuan meratakan penyebaran likuiditas perbankan di tanah air.

“Kebijakan ini ditempuh guna menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam meningkatkan pembiayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Strategi operasi moneter juga terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendukung transmisi bauran kebijakan yang akomodatif,” ujar Perry di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Menurutnya, secara keseluruhan saat ini likuiditas perbankan sangat mencukupi. Namun, yang menjadi masalah adalah penyebarannya likuiditas yang tidak merata diantara kelompok perbankan.

“Sejumlah kelompok bank buku III dan II serta I memang mengalami kekurangan dana karena persaingan DPK yang tumbuh 8%. Dalam persaingan ini sejumlah kelompok bank kurang bisa menarik porsi DPK,” kata dia.

Perry berharap, penurunan GWM ini maka akan menambah likuiditas perbankan menjadi lebih banyak. Dengan penurunan GWM sebesar 50 bps ini maka, secara total perbankan akan menambah likuiditas sebesar Rp 26 triliun.

“Bank umum dengan penurunan 50 bps tambahan likuiditasnya sebesar Rp 24,1 triliun sementara Bank Umum Syariah Rp 1,9 triliun,” jelasnya.

Dengan tambahan likuiditas ini, diharapkan juga akan mempermudah perbankan dalam menyalurkan kreditnya. Sedangkan, untuk kredit korporasi akan membaik sejalan dengan tingkat kepercayaan atas perekonomian Indonesia ke depan.

Tak hanya menurunkan GWM sebanyak dua kali, BI pun telah menurunkan suku bunga sebanyak empat di tahun ini yang dimulai sejak Juli 2019. Namun, pada Kamis (21/11/2019), Rapat Dewan Gubernur bulan November memutuskan BI 7 Day Reverse Repo Rate ditahan di 5%.

Untuk diketahui, berikut data BI 7-Day RR selama 2019 :
24 Oktober 2019 : 5%
19 September 2019 : 5,25 %
22 Agustus 2019 : 5,50 %
18 Juli 2019 : 5,75 %
20 Juni 2019 : 6,00 %
16 Mei 2019 : 6,00 %
25 April 2019 : 6,00 %
21 Maret 2019 : 6,00 %
21 Februari 2019 : 6,00 %
17 Januari 2019 : 6,00 %

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Katadata

 

 

 

 

[social_warfare
buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *