Pasokan Iran Berpotensi Naik, Harga Minyak Merosot

Harga minyak dunia merosot pada perdagangan Senin (27/8), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan dipicu oleh proyeksi kenaikan pasokan minyak mentah dari Iran, meski pelemahan dibatasi progres kesepakatan dagang AS dan China.

Pasokan minyak mentah dari Iran berpotensi meningkat usai Presiden Perancis Emmanuel Macron meningkatkan harapan bahwa kesepakatan antara AS dan Iran akan terjadi. Namun demikian, pelemahan dibatasi oleh optimisme terhadap munculnya kesepakatan dagang antara AS-China.

Dilansir dari Reuters, Selasa (27/8), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,64 atau 1,1 persen menjadi US$58,7 per barel. Selama sesi perdagangan berlangsung, Brent sempat menyentuh level US$60,17 per barel.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,53 atau 1 persen menjadi US$53,64 per barel.

Harga minyak melemah setelah Macron menyatakan persiapan sedang dilakukan untuk pertemuan antara Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden AS Donald Trump dalam beberapa minggu ke depan. Pertemuan itu bertujuan untuk memperoleh kesepakatan terkait kebijakan nuklir.

Sebagai catatan, tahun lalu, Trump memutuskan keluar dari perjanjian nuklir dengan Iran dan sejumlah negara maju. Sebab, ia ingin mendapatkan kesepakatan yang lebih besar. Dalam hal ini, tidak hanya membatasi kegiatan terkait atom Iran tetapi juga membatasi program peluru kendalinya.

Pada Mei lalu, Trump juga memperketat sanksinya untuk menekan ekspor minyak Iran.

“Sekarang pasar mempertimbangkan kemungkinan kita (pasar) akan melihat pasokan yang membanjir atau minyak Iran masuk ke pasar jika terjadi kemajuan,” ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.

Menurut Flynn, pasar harus hati-hati karena pernah mendengar tercapai kesepakatan tetapi dalam satu menit berikutnya dibatalkan melalui cuitan Twitter.

Sementara itu, harga minyak mendapatkan dorongan setelah Trump menyatakan ia meyakini kesungguhan China untuk memperoleh kesepakatan dagang dengan AS.

Wakil Perdana Menteri China Liu He yang menjadi pimpinan negosiasi dengan AS menyatakan China ingin menyelesaikan sengketa melalui negosiasi yang ‘kalem’. China juga menentang terjadinya kenaikan tensi perdagangan.

Sebagai gambaran, harga minyak dunia telah terguling sekitar 20 persen sejak mencapai level tertingginya pada April lalu. Pelemahan sebagian dipicu oleh kekhawatiran terhadap perang dagang AS-China bakal menekan perekonomian dunia. Ujung-ujungnya, permintaan minyak berisiko menurun.

Pekan lalu, Kementerian Perdagangan China menyatakan bakal mengenakan tambahan tarif sebesar 5 atau 10 persen terhadap 5.078 produk impor asal AS termasuk di antaranya minyak mentah, produk pertanian dan pesawat kecil.

Sebagai balasan, Trump menyatakan ia telah memerintahkan perusahaan AS untuk mencari cara menutup operasionalnya di China dan mengalihkan produksinya ke AS.

“Kita (pasar) mempertahankan pandangan pasar yang mencakup berlanjutnya volatilitas harga yang tinggi, dan sebagian besar akan digerakkan oleh berita utama terkait pembicaraan dagang AS-China atau tidak ada pembicaraan sama sekali,” ujar Pimpinan Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam hasil risetnya.

 

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Antaranews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *