Iran Sandera Tanker, PM Theresa May Gelar Rapat Darurat

Perdana Menteri Theresa May berencana menggelar rapat darurat dengan komite khusus (COBR) mendiskusikan penyanderaan kapal tanker Inggris oleh Angkatan Bersenjata Iran di Teluk Arab. Insiden itu terjadi sejak Jumat pekan lalu.

Rapat ini merupakan langkah terakhir May sebagai PM sebelum penerusnya resmi terpilih pada Senin (22/7). Pertemuan tersebut akan digelar sekitar pukul 10.30 waktu setempat di kantor PM Inggris, Downing Street.

“Selain menerima perkembangan informasi dari para menteri dan pejabat terkait, rapat COBR akan mendiskusikan langkah-langkah pengamanan pelayaran di Teluk Persia,” ujar seorang juru bicara May melalui pernyataan singkat.

Rapat hari ini merupakan yang ketiga kalinya digelar komite tersebut sejak pasukan Iran mengumumkan telah menyita kapal tanker Inggris, Stena Impero, di Selat Hormuz.

Teheran mengklaim penyitaan dilakukan karena kapal tersebut melanggar aturan kemaritiman internasional.

Selat Hormuz merupakan jalur yang dilalui kapal-kapal tanker yang mengangkut sepertiga suplai minyak mentah dunia.

Sementara itu, pemilik kapal berbendera Inggris itu berasal dari Swedia, yakni perusahaan Stena Bulk and Northern Marine Management.

Perusahaan mengklaim kapal mereka diserang oleh kapal-kapal kecil dan satu helikopter ketika berada di perairan internasional.

Inggris mengecam keras penyitaan Stena Impero dan mengadukan insiden itu kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam suratnya, Inggris menyatakan bahwa Iran telah mengklaim sepihak bahwa kapal tankernya mencoba memasuki rute terlarang dengan mematikan transpondernya sehingga tidak menanggapi pesan peringatan.

“Tapi itu bukan masalahnya,” bunyi surat tersebut seperti dikutip AFP.

Inggris menuturkan pejabat Iran juga mengkalim bahwa Stena Impero ditahan karena tabrakan dengan kapal nelayan Iran.

“Tapi tidak ada bukti tentang ini. Bahkan, jika itu terjadi, lokasi kapal tanker berada di teritorial Oman dan Iran tidak diizinkan untuk mencegat Stena Impero.”

Wakil Menteri Pertahanan Inggris, Tobias Ellwood menyatakan pemerintahannya tengah mempertimbangkan opsi untuk merespons insiden ini.

Duta Besar Iran untuk Inggris, Hamid Baeidinejad, meminta supaya kedua pemerintah berdialog untuk mencari jalan keluar. Dia juga meminta Inggris tidak gegabah jika tidak ingin perseteruan ini berlanjut.

“Iran tetap bersikap tegas dan siap menghadapi skenario apapun. Inggris harus menahan segala bentuk kekuatan politik yang ingin meningkatkan ketegangan dengan Iran. Hal ini berbahaya dan tidak bijak dilakukan untuk saat ini,” kata Hamid.

Beberapa waktu lalu Angkatan Laut Inggris di Gibraltar menangkap kapal supertanker milik Iran, Grace 1 pada 4 Juli lalu. Penyitaan itu dilakukan lantaran kapal tanker Iran diduga hendak mengirim minyak ke Suriah.

Setelah itu, Inggris menyatakan tiga kapal perang Iran sempat mencoba menghalangi laju kapal tanker British Heritage milik perusahaan minyak British Petroleum (BP) saat melintasi Selat Hormuz. Namun, mereka perlahan mundur setelah kapal perang Inggris, HMS Montrose, memberi peringatan akan melepaskan tembakan jika kapal perang Iran tidak menyingkir.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : news.okezone.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *