Aksi Jual Bikin Harga Minyak Dunia Rontok 2%

Reli tanpa henti berubah menjadi aksi jual tanpa henti. Ya, perdagangan harga minyak mentah dunia pada Kamis waktu setempat menjadi tertekan.

Melansir Xinhua, Jumat, 6 Oktober 2023, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November melemah USD1,91 atau 2,27 persen menjadi USD82,31 per barel di New York Mercantile Exchange.

WTI sempat diperdagangkan ke level setinggi USD84,30 di awal sesi sebelum mencapai titik terendah intraday di USD82,28. Angka ini merupakan yang terendah dalam lima minggu.

Sementara minyak brent yang diperdagangkan di London untuk kontrak Desember paling aktif ditutup turun USD1,74 atau dua persen menjadi USD84,07. Dari harga tertinggi intraday di USD86,50, patokan minyak mentah global turun ke level terendah dalam lima minggu di USD83,84.

Investing melaporkan, penurunan harga minyak mentah ini menambah penurunan sebesar enam persen di sesi sebelumnya, yang merupakan penurunan terbesar dalam satu tahun. Pasar terus terguncang oleh kekecewaan atas tidak adanya pengumuman baru mengenai pengurangan produksi pada pertemuan yang baru saja berakhir. Pertemuan OPEC+ dipimpin oleh Saudi.

Stok bensin AS yang besar

Stok bensin AS melonjak 6,481 juta barel pada minggu lalu, menambah pertumbuhan minggu sebelumnya sebesar 1,027 juta barel. Ini adalah kenaikan mingguan terbesar dalam bensin sejak Januari 2022. Analis yang dilacak oleh Investing.com telah mengantisipasi penurunan 0,3 juta barel pada minggu lalu untuk bensin, produk bahan bakar utama Amerika.

Hal lain yang juga membebani harga minyak mentah adalah pembicaraan produksi minyak global dapat tumbuh dalam beberapa bulan mendatang, meskipun OPEC telah melakukan upaya terbaik untuk membatasi produksi.

“Hancurnya permintaan selalu memainkan peran penting dalam mengurangi tekanan harga. Meningkatnya perbincangan mengenai lebih banyak pasokan non-OPEC yang masuk ke pasar tidak menguntungkan pasar yang sedang bullish pada minggu ini,” kata Stephen Innes dari SPI Asset Management.

Sebagian dari aksi jual minyak mentah disebabkan oleh kenaikan dolar secara luas sejak Juli. Serta imbal hasil Treasury AS yang membebani permintaan internasional untuk minyak dalam mata uang AS.

“Pembalikan pasar minyak ini membuat orang Saudi frustasi. Minyak mentah Brent telah turun lebih dari USD10 sejak akhir bulan lalu karena melonjaknya imbal hasil obligasi global telah melumpuhkan prospek pertumbuhan global,” ujar analis di platform perdagangan online Oanda, Ed Moya.

Selain itu saham energi telah berubah dari perdagangan terbaiknya di Wall Street dan kini saatnya untuk meninggalkan pasar. Kehancuran permintaan bensin di AS semakin meningkat dan mengingat betapa jenuh belinya pasar energi pada September, momentum penjualan minyak menjadi sangat kuat.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Wartabuana

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *