Amerika di Ujung Tanduk, Pemilik Emas Mesti Banyak Berdoa

Harga emas diperkirakan akan sangat labil pekan ini karena banyaknya data dan agenda penting yang akan berlangsung sepekan ke depan di Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan terakhir pekan lalu Jumat (26//5/2023) harga emas di pasar spot ditutup di posisi US$ 1.946,33 per troy ons. Harganya memang menguat 0,31%.

Penguatan ini setidaknya memberi angin segar setelah emas terpuruk pada dua hari perdagangan sebelumnya.

Secara keseluruhan, emas ambruk 1,52% pada pekan ini. Artinya, emas sudah turun selama tiga pekan beruntun.

Pada perdagangan hari ini, Senin (29/5/2023) pukul 06:24 WIB, harga emas di pasar spot terpantau di posisi US$ 1.944,27 per troy ons. Harganya melemah 0,1%.

Harga emas diperkirakan akan labil pada pekan ini sejalan dengan banyaknya data penting yang akan keluar pada pekan ini.

Di antaranya adalah angka pengangguran AS untuk April yang akan dirilis pada Jumat pekan ini. Tingkat pengangguran AS tercatat 3,4% pada April, dari 3,5% pada Maret 2023.

Angka pengangguran diproyeksi hanya naik tipis 3,6% pada Mei 2023. Tingkat pengangguran AS sulit turun cepat karena masih besarnya permintaan tenaga kerja.

Kondisi ini membuat inflasi di AS sulit turun dengan cepat dan akibatnya bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sulit melunak.

Jika angka pengangguran AS masih sulit turun dengan cepat atau bahkan turun maka harga emas diperkirakan akan jatuh.

Pekan ini, AS juga akan mengumumkan aktivitas manufakturnya yang bisa menjadi cerminan seperti apa pergerakan ekonomi AS, apakah masih kencang atau melemah.

Pekan ini, dua pejabat The Fed juga akan menyampaikan pidato yakni Gubernur Michelle W. Bowman dan Gubernur Philip N. Jefferson pada Rabu pekan Ini (31/5/2023)

Pernyataan dari keduanya akan sangat ditunggu untuk mencari tahu seperti apa arah kebijakan The Fed pada Juni mendatang, apakah masih hawkish atau sudah mulai dovish.

Jika pernyataan keduanya hawkish maka siap-siap saja emas akan melemah.

Namun, dari semua agenda di atas, agenda terpenting pekan ini adalah mengenai pembahasan plafon utang pemerintah AS atau debt ceiling.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperpanjang batas waktu paling cepat perihal penetapan gagal bayar utang (default) pemerintah dari yang sebelumnya 1 Juni menjadi 5 Juni 2023. Artinya, negoisasi harus segera mencapai kesepakatan pada pekan ini.

Dilansir dari Reuters, presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy dikabarkan sepakat untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal sebesar US$31,4 triliun.

Kesepakatan ini dilakukan untuk mengakhiri kebuntuan mengenaidebt ceilingyang terjadi selama berbulan-bulan.

Namun, kesepakatan itu belum final dan negoisasi masih berlanjut.

“Saya baru saja menutup panggilan telepon dengan presiden (Joe Biden) beberapa waktu lalu. Setelah dia membuang-buang waktu dan menolak untuk bernegosiasi selama berbulan-bulan, kami telah mencapai kesepakatan prinsip yang layak untuk Amerika,” kata McCarthy dikutip Reuters Minggu (28/5/2023)

Jika plafon utang AS bisa disepakati maka harga emas bisa melemah. Emas adalah aset aman yang dicari saat terjadi kenaikan risiko atau meningkatnya ketidakpastian.

Jika krisis utang bisa diselesaikan maka risiko dari ketidakpastian akan berkurang,

“Harapan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat sudah punah pada pekan lalu. Ini yang membuat emas terpuruk. Jika data tenaga memburuk maka ada harapan suku bunga AS akan dipangkas. Namun, itu semua juga tergantung kesepakatan plafon utang,” tulis FX Street Insight.

Analis MUFG, Ehsan Khoman, mengatakan emas bisa kembali melambung ke kisaran US$ 2.000 jika AS gagal mencapai kesepakatan mengenai kenaikan plafon utang.

“Emas bisa bergerak ke kisaran US$ 2.000 jika krisis utang makin berlarut-larut dan tidak bisa diselesaikan,” tutur Khoman, dikutip dari Exchange rate.org.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *