Minyak Tertekan Perbedaan Pendapat Antara Arab Saudi dan UEA

Harga minyak jatuh lebih dari US$1 per barel pada akhir perdagangan Rabu (7/7) sore waktu AS atau Kamis (8/7) pagi WIB. Itu dipicu kegagalan negara penghasil minyak dalam mencapai kesepakatan produksi.

Dilansir dari Antara, Kamis (8/7), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk pengiriman September merosot US$1,10 atau 1,5 persen ke level US$73,43 per barel. Sehari sebelumnya Brent juga anjlok US$2,63 atau 3,4 persen per barel.

Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas lagi US$1,17 atau 1,6 persen ke level US$72,20 per barel setelah sebelumnya jatuh US$1,79 atau 2,4 persen per barel.

Pasar minyak mentah telah bergejolak selama dua hari terakhir setelah produsen minyak utama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab gagal mencapai kesepakatan soal produksi minyak.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, telah menahan pasokan selama lebih dari setahun sejak permintaan menurun selama pandemi virus corona.

Kelompok ini mempertahankan produksi di level 6 juta barel per hari dan diperkirakan akan menambah pasokan. Tetapi pertemuan tiga hari gagal untuk mengatasi perbedaan pendapat soal produksi minyak antara Saudi dan Uni Emirat Arab.

Karena kegagalan tersebut, kesepakatan menahan pasokan tetap berlaku hingga hari ini. Tetapi perpecahan tersebut diramal dapat menyebabkan produsen, yang ingin memanfaatkan rebound permintaan, mulai memasok lebih banyak minyak yang sudah diproduksi sebelumnya.

“Beberapa orang takut akan perang produksi. Tapi saya pikir kebanyakan orang berpikir itu tidak mungkin. Ada kemungkinan UEA dapat meninggalkan OPEC dan melakukan hal itu sendiri, dan jika itu terjadi, maka itu akan menjadi masalah persaingan untuk pangsa pasar,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.

Sebenarnya harga minyak sebenarnya dapat mendapat dukungan dari persediaan minyak mentah AS yang turun 8 juta barel untuk pekan yang berakhir 2 Juli. Mengutip angka American Petroleum Institute, itu lebih besar dibandingkan dengan perkiraan penurunan pasokan analis dalam jajak pendapat Reuters yang hanya sebesar 4 juta barel.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *