Peningkatan Kasus Corona Tekan Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah dunia jatuh pada akhir perdagangan Jumat (21/8). Pemicunya, pemulihan ekonomi di seluruh dunia mengalami hambatan akibat penguncian wilayah baru (lockdown) yang dilakukan sejumlah negara karena peningkatan kasus penyebaran virus corona.
Minyak juga tertekan kekhawatiran peningkatan pasokan.

Mengutip Antara, Senin (24/8), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 55 sen atau 1,2 persen menjadi US$44,35 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober berkurang 86 sen atau 1,1 persen menjadi US$42,34 per barel.

Harga minyak Brent turun sekitar satu persen untuk minggu ini. Sebaliknya, minyak WTI mencatat kenaikan mingguan hampir persen.

Sebuah survei menunjukkan pemulihan ekonomi Eropa terhenti bulan ini karena permintaan masyarakat pada Juli menyusut. Selain itu, impor minyak mentah India turun ke level terendah sejak Maret 2010 pada Juli.

Sejalan dengan itu, data Departemen Perhubungan AS menyebut pengendara AS turun 13 persen pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menambah kekhawatiran pasar terhadap pengurangan permintaan minyak mentah.

Di tengah penurunan permintaan, perusahaan minyak nasional Libya justru mengatakan dapat memulai kembali ekspor minyak. Ekspor kembali dibuka setelah pemerintah negara Afrika Utara yang diakui secara internasional di Tripoli mengumumkan gencatan senjata.

Rencana ekspor minyak itu dikhawatirkan menambah pasokan sehingga semakin menekan harga minyak.

“Pasar tidak mampu menyerap barel tambahan. Meskipun saya senang mereka mencapai kesepakatan damai, tapi itu bermasalah untuk situasi pasokan global dan itu adalah bagian besar penyebab dari aksi jual hari ini, ” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Barel minyak tersebut akan menambah pasokan minyak selain dari OPEC+, atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia. Sebuah laporan internal menunjukkan kelompok itu menginginkan kelebihan pasokan antara Mei dan Juli.

Itu merupakan bentuk kompensasi dari pemotongan pasokan bulan ini dan berikutnya.

Laporan tersebut juga menunjukkan OPEC+ memperkirakan permintaan minyak pada 2020 turun 9,1 juta barel per hari, dan sebanyak 11,2 juta barel per hari jika ada tambahan infeksi virus corona.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *