Dalam 2 Hari, Kurs Dolar Australia Menguat 2,5% Lebih

Nilai tukar dolar Australia menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (23/4/2020), melanjutkan penguatan awal pekan kemarin. Meski Australia menghadapi risiko penyebaran pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), tetapi mata uangnya masih mampu menguat melawan rupiah.

Pada pukul 10:23 WIB, AU$ diperdagangkan di kisaran Rp 9.844,31, dolar Australia melesat 1,04% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, mata uang Kanguru ini juga melesat 1,69%. Sehingga total penguatan dalam 2 hari sebesar 2,73%.

Di Negara Bagian Victoria di Australia, terjadi peningkatan kasus Covid-19 beberapa hari terakhir. Hari ini ada 17 kasus baru dilaporkan, setelah 12 kasus kemarin, dan 19 kasus di hari Minggu.

Oleh karena itu, pemerintah Negara Bagian Victoria memperpanjang masa tanggap darurat sampai 19 Juli. Satu rumah tangga maksimal hanya boleh menampung lima orang dan pertemuan di luar ruangan dibatasi paling banyak 10 orang. Padahal sebelumnya pemerintah telah memberi kelonggaran dengan memperbolehkan 20 orang berkumpul di luar ruangan.

Meski menghadapi risiko serangan Covid-19 gelombang kedua, nyatanya dolar Australia masih mampu menguat.

Risiko penyebaran Covid-19 gelombang kedua justru lebih memukul rupiah. Sebabnya, rupiah merupakan aset negara emerging market, yang tentunya dianggap lebih berisiko.

Tetapi sebenarnya sentimen pelaku pasar masih cukup bagus, terlihat dari penguatan bursa saham Amerika Serikat pada perdagangan Senin kemarin. Rupiah pun sempat menguat 0,7% di awal perdagangan hari ini.

Tetapi, arah pasar kembali berubah setelah penasehat perdagangan Gedung Putih, Peter Navaro mengatakan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China sudah berakhir. Sontak arah pasar langsung berubah setelah pernyataan tersebut, bursa saham Asia yang sebelumnya menghijau (menjadi indikasi mood investor yang membaik) berbalik ke zona merah. Rupiah yang sebelumnya menguat berbalik melemah.

Selain itu, data ekonomi yang dirilis dari Negeri Kanguru cukup mengejutkan di bulan ini.

Di awal bulan ini, pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Australia kuartal I-2020 dilaporkan mengalami kontraksi atau minus 0,3% quarter-on-quarter (QoQ).

Rilis tersebut masih lebih bagus dari prediksi kontraksi 0,4% di Forex Factory. Sementara jika dilihat secara tahunan atau year-on-year, PDB Australia tumbuh 1,4%.

Kemudian penurunan surplus neraca dagang Australia juga tak sebesar prediksi. Surplus neraca dagang di bulan April tercatat sebesar AU$ 8,8 miliar, lebih baik ketimbang prediksi AU$ 7,5 miliar.

Selain itu, penjualan ritel bulan Mei melonjak 16,3% month-on-month (MoM) yang merupakan rekor kenaikan tertinggi, setelah di bulan sebelumnya merosot 17,7%.

Dibandingkan dengan Mei 2019, penjualan ritel juga naik 5,3%, dengan nilai total A$28,83 miliar.

Kenaikan tajam penjualan ritel tersebut menunjukkan konsumsi warga Australia berangsur normal kembali, dan memberikan harapan akan pemulihan ekonomi yang cepat setelah ambrol akibat pandemi Covid-19.

Hanya data tenaga kerja yang mengecewakan. Tingkat pengangguran Australia dilaporkan naik menjadi 7,1% di bulan Mei dari sebelumnya 6,4%. Kenaikan tersebut lebih tinggi dari prediksi sebesar 6,9%.

Data ekonomi tersebut memunculkan harapan pelambatan ekonomi Australia tidak akan seburuk perkiraan. Dolar Australia pun perkasa melawan rupiah.

 

 

 

 

 

Sumber: cnbcindonesia.com
Gambar: CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *