Kasus Corona AS Melonjak, Harga Minyak Terjun ke Bawah US$ 40

Lonjakan kasus baru infeksi Covid-19 di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini membuat pasar energi kembali goyang. Harga minyak mentah kembali ambles merespons kabar buruk tersebut.
Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan kembali melorot di bawah US$ 40/barel pada Jumat (12/6/2020) pukul 08.40 WIB. Minyak berjangka acuan internasional Brent ambles 2,7% ke US$ 37,51/barel.

Pada saat yang sama, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) anjlok lebih dalam. Harga minyak WTI jatuh 3,55% ke US$ 35,05/barel.

Reli panjang harga minyak dari posisi terendah bulan April telah terhenti minggu ini karena pasar menghadapi kenyataan bahwa pandemi Covid-19 mungkin jauh dari usai. Kasus di AS kini sudah lewat dari angka 2 juta.

“Reli yang berkelanjutan perlu mencakup peningkatan permintaan bensin, pengurangan persediaan, peningkatan margin produk ke titik di mana kilang mulai beroperasi,” kata RBC Capital Markets, sebagaimana diwartakan Reuters.

Meskipun para produsen telah memotong pasokan mereka, permintaan tetap terkendala oleh wabah, dengan stok bensin di AS pekan lalu naik lebih dari yang diharapkan menjadi 258,6 juta barel, mengacu pada data EIA. Persediaan minyak mentah AS naik sebesar 5,7 juta barel ke rekor 538,1 juta barel karena impor murah dari Arab Saudi.

Sementara itu, negara bagian termasuk Texas dan Arizona sedang berjuang untuk mengatasi meningkatnya jumlah pasien Covid-19 yang mulai tampak memenuhi rumah sakit.

Mengutip CNBC International, dalam tiga hari terakhir kasus di Texas terus mencatatkan rekor. Kasus di 9 wilayah di California juga terus menanjak. Namun AS tak ada rencana untuk kembali menetapkan pembatasan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, “kita tak mungkin menutup ekonomi lagi” katanya.

Di Houston, Lina Hidalgo, pejabat senior untuk wilayah yang mencakup kota yang merupakan jantung industri minyak AS, memperingatkan “kita mungkin mendekati jurang bencana”.

Untuk saat ini memang AS tak berencana kembali terapkan lockdown. Namun jika lonjakan kasus menjadi semakin tak terkendali dan tak ada opsi lain maka ekonomi Negeri Adidaya sebagai konsumen terbesar minyak di dunia benar-benar dalam bahaya.

Permintaan minyak pun bisa semakin ambles. Harga minyak pun akan tertekan lagi. Para produsen pun akan tertekan untuk semakin memangkas produksinya.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Upperline.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *