Dunia Usaha Siap Sambut New Normal Ekonomi Usai Lebaran

Kalangan pengusaha mendukung aktivitas ekonomi kembali dibuka setelah lebaran di tengah pandemi virus corona (covid-19). Penerapan the new normal tersebut akan mengedepankan protokol kesehatan guna mencegah penularan penyakit.

Mengutip hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang memprediksi kegiatan ekonomi bisa kembali berjalan pada Juni, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengungkapkan terhentinya kegiatan terlalu lama membuat dampak berat bagi ekonomi.

“Prinsipnya setuju (hasil riset Denny JA), agar perekonomian bisa mulai jalan lagi. Karena sekarang semua kena dampak dan akan berat buat Indonesia kalau terlalu lama berhenti,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, dikutip Senin (18/5).

Adhi sepakat dengan riset tersebut bahwa pembukaan aktivitas ekonomi dimulai pada daerah yang menunjukkan kurva melandai. “Daerah yang mulai membaik prediksi saya bisa Juni dibuka,” imbuhnya.

Adhi juga menanggapi penolakan dari asosiasi pekerja yang menolak hasil riset tersebut. Ketua Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Mirah Sumirat menduga riset tersebut merupakan ‘pesanan’ dari pihak tertentu dan tidak mewakili secara utuh fakta di lapangan.

“Tiap orang punya pandangan sendiri-sendiri. Tidak masalah, yang penting sekarang kita harus realistis untuk tetap waspada. Namun ekonomi tidak boleh berhenti,” jelasnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey berharap sektor ritel mendapatkan kembali keleluasaan dalam menjalankan operasionalnya. Hal ini dikarenakan ada sejumlah daerah yang membatasi jam operasional selama pandemi covid-19.

“Pembatasan jam operasional itu menimbulkan keramaian dan penumpukan pelanggan, tapi kalau normal pelanggan sudah terbiasa dengan jamnya masing-masing,” katanya.

Ia menilai sektor ritel menjadi salah satu sektor yang menempati urutan prioritas untuk dapat beraktivitas normal kembali. Sebab, masyarakat masih tetap membutuhkan konsumsi meski terjadi pandemi corona. Jika ritel kembali bergerak, ia yakin konsumsi masyarakat ikut terdongkrak.

“Prinsip dasarnya kami siap jalankan itu, untuk melayani kebutuhan pokok dan supaya produktivitas kami untuk menyelesaikan tanggungan tenaga kerja, utang cicilan bunga, dan sebagainya. Supaya ekonomi tetap jalan karena pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga,” terang dia.

Sebelumnya, LSI mempublikasikan riset ‘Indonesia Kembali Bekerja: Lima Kisi-kisi’. Riset tersebut menilai ekonomi Indonesia bisa berjalan jika ada pelonggaran pembatasan.

Pertama, pelonggaran dimulai pada daerah-daerah yang telah menunjukkan tren penurunan kasus. LSI menyebut ada lima daerah yang bisa melakukan pelonggaran, yaitu DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Bandung Barat, dan Provinsi Bali.

Kedua, pelonggaran dilakukan kepada kalangan yang lebih fit. Misalnya warga yang diperbolehkan kembali bekerja adalah berusia 45 tahun ke bawah.

Ketiga, pelonggaran berlaku bagi orang yang tak punya penyakit bawaan. LSI mencatat hipertensi, diabetes melitus, jantung, ginjal, dan paru-paru kronis menjadi penyakit yang paling banyak diidap korban corona yang meninggal dunia.

Keempat, masyarakat harus terbiasa dengan tatanan hidup baru alias new normal. Masyarakat harus disiplin menjaga jarak, menjaga kebersihan, dan menjaga kesehatan dalam menjalani aktivitas kerja.

Kelima, semua pihak diminta serius menangani corona. LSI menyarankan agar tidak ada lagi upaya delegitimasi antarlembaga pemerintah terkait corona.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *