Virus Corona Makin Ganas, Yen Kian Trengginas

Nilai tukar yen Jepang menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (27/1/2020), melanjutkan penguatan dalam 4 hari beruntun sebelumnya.

Pada pukul 9:18 WIB, yen diperdagangkan di level 108,92/US$, menguat 0,32% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dalam empat hari sebelumnya, total yen menguat 0,83%.

Kecemasan pelaku pasar akan semakin ganasnya penyebaran virus corona membuat bursa saham Asia rontok. Para investor mengalihkan modalnya ke aset-aset aman (safe haven) seperti yen.

Merespon penyebaran virus corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis pekan lalu belum menjadikan penyebaran virus corona sebagai darurat kesehatan publik internasional atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Organisasi di bawah naungan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) itu menilai masih terlalu awal untuk melakukan itu.

“Agak terlalu dini untuk menganggap ini sebagai darurat internasional. Jangan salah, ini adalah kondisi darurat di China tetapi belum di level internasional,” kata Didier Houssin, Ketua Panel Komite Darurat WHO, sebagaimana diberitakan Reuters Kamis (23/1/2020).

dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur WHO akan ke Beijing untuk membahas masalah virus corona yang terus memakan korban.

Mengutip CNBC International, jumlah korban yang meninggal kini mencapai 80 orang dan menjangkiti lebih dari 2.700 orang. Selain China yang merupakan asal virus corona, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Vietnam Singapura, Nepal Prancis, Australia, AS, dan Kanada merupakan negara-negara yang sudah mengindentifikasi kasus yang sama. Semua pasien tersebut pernah berpergian ke China.

Wuhan merupakan asal virus corona, kota dengan jumlah penduduk sekitar 11 juta orang tersebut kini sudah diisolasi oleh Pemerintah China.

Jumlah korban meninggal yang bertambah banyak dalam waktu singkat, serta penyebarannya ke berbagai negara tentunya membuat pelaku pasar dibuat semakin cemas, bahkan dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi perekonomian China.

Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut menurun karena China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.

Saat hal tersebut terjadi, aset-aset berisiko akan dihindari oleh pelaku pasar, dan aset safe haven seperti yen menjadi target investasi. Pada akhirnya nilai tukar yen terus menguat.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : ANTARA News

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *