Kandidat Pro dan Anti-China Bersaing di Pilpres Taiwan

Sebanyak 19,3 juta warga Taiwan bakal menggunakan hak pilih dalam pemilihan presiden yang digelar pada Sabtu (11/1) besok. Dua kandidat yang bersaing adalah petahana Tsai Ing-wen yang anti-China dan Han Kuo-yu yang merapat ke Beijing.

Seperti dilansir AFP, Jumat (10/1), Tsai yang didukung Partai Demokratik Progresif (DPP) mengincar masa jabatan yang kedua. Dia saat ini memimpin dalam jajak pendapat tingkat keterpilihan.

Tsai (63) yang sangat anti-China bahkan menggunakan aksi demonstrasi di Hong Kong sebagai bahan kampanye. Dia menyatakan Taiwan akan terus mempertahankan pemerintahan merdeka yang demokratis dan menolak tekanan China yang dianggap otoriter.

Prestasi Tsai dalam bidang hukum adalah mengesahkan undang-undang pernikahan sesama jenis pada 2019. Hal itu menjadikan mereka negara pertama di Asia yang merestui pernikahan tersebut.

Akan tetapi, yang menjadi titik lemah Tsai adalah perkembangan ekonomi Taiwan yang agak tersendat beberapa waktu belakangan. Meski demikian, secara keseluruhan perkembangan ekonomi negara itu mengilap selama masa kepemimpinannya.

Sedangkan Han yang berusia 62 tahun adalah mantan Wali Kota Kaohsiung yang didukung Partai Kuomintang. Berbeda jauh dari Tsai, Han justru berharap Taiwan bisa mempunyai hubungan baik dengan China.

Menurut Han, kecurigaan Tsai kalau Taiwan bakal bernasib sama dengan Hong Kong adalah kecurigaan yang berlebihan dan bisa merusak masa depan negara tersebut. Sebab, Tsai juga dikenal sangat dekat dengan Amerika Serikat.

Ketimbang Tsai yang lebih serius, Han mencitrakan dirinya saat kampanye sebagai pribadi yang jenaka dan kerap berbuat konyol. Bahkan dia menjuluki dirinya sendiri sebagai ‘Si Botak’ untuk menggaet pemilih kalangan akar rumput.

Guna memikat pemilih muda, Han pernah berjanji dalam kampanyenya akan menerapkan kebijakan ekonomi yang ramah terhadap kalangan muda-mudi. Yakni dengan cara memberikan subsidi bagi pelajar dan mahasiswa yang terlibat dalam pertukaran pelajar, dan memberikan pinjaman bagi anak muda yang akan membangun usaha rintisan (start up).

Baik Tsai maupun Han akan memperbutkan suara kalangan muda Taiwan yang diperkirakan berjumlah 3,1 juta. Sedangkan pemilih pemula diprediksi berjumlah 1,81 juta orang.

Seorang pelajar dari Kaohsiung bernama Darren Lu (22), menyatakan akan menyumbangkan suaranya untuk Han.

“Hanya dengan membiarkan orang datang ke Taiwan maka kita bisa mengembangkan ekonomi. Saya pikir hal itu tidak mungkin dilakukan dengan kondisi saat ini,” kata Darren.

Sedangkan seorang mahasiswa asal Taipei, Alice Wu, menyatakan dia lebih memilih Tsai dalam pilpres kali ini.

“Saya pikir kebijakan reformasinya akan baik untuk anak muda dalam jangka panjang. Kalau dia memimpin lagi maka akan mengangkat citra perempuan,” ujar Tsai.

China sampai saat ini berkeras Taiwan adalah bagian dari negara mereka. Mereka bahkan pernah mengancam bakal mengerahkan kekuatan militer jika Taiwan membangkang.

Dua faksi politik yang pro dan kontra China di Taiwan juga kerap bertikai di parlemen yang dijuluki Legislative Yuan. Sejumlah politikus bahkan terlibat baku hantam di gedung dewan.

Tsai sampai saat ini tetap menolak klaim China. Dia semakin mendekat ke AS dan meminta bantuan persenjataan mutakhir seperti jet tempur siluman. Sebab, kekuatan militer China juga tengah berkembang pesat.

China sampai saat ini sudah memiliki dua kapal induk dan jet tempur siluman buatan dalam negeri. Mereka bahkan membangun pangkalan militer di Laut China Selatan.

Kapal perang mereka juga kerap melintasi Selat Taiwan, yang kerap membuat militer Taiwan siaga.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

 

 

 

 

[social_warfare
buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *