Iran Ancam AS, Harga Minyak Naik

Harga minyak mentah dunia kembali menguat seiring adanya penurunan stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS). Selain itu ketegangan AS-Iran juga membuat harga minyak mendapat dorongan ke atas.

Pada perdagangan hari Kamis (22/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober menguat 0,15% ke level US$ 60,39/barel.

Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman Oktober naik 0,31%% menjadi US$ 55,85/barel

Kemarin, US Energy Information Administration (EIA) mengumumkan stok minyak As untuk minggu yang berakhir pada 16 Agustus 2019 turun sebesar 2,7 juta barel. Penurunan stok tersebut lebih dalam dibanding perkiraan konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 1,9 juta barel.

Penurunan stok minyak mentah seringkali menjadi indikasi bahwa akan akan pembelian dalam jumlah besar dalam waktu dekat. Kala permintaan naik, maka harga juga mendapat sentimen positif.

Sementara itu Presiden AS, Donald Trump, mengatakan hal yang positif (lagi) terkait dialog dagang dengan China. Selai itu dirinya juga terus mendesak Bank Sentral AS, The Fed, untuk memangkas suku bunga lebih dalam.

“Kami melakukan perundingan dagang yang bagus dengan China dan yang lainnya. Satu-satunya masalah yang kita [AS] punya adalah Jay dan The Fed. […] . Ekonomi AS akan melesat jika dia melakukan hal yang benar. Pangkas [suku bunga acuan] besar-besaran,” tulis Trump melalui akun Twitter pribadinya.

Setidaknya untuk sementara waktu pelaku pasar dapat melupakan risiko eskalasi perang dagang. Permintaan bisa tumbuh sehat.

Terlebih jika The Fed menurunkan suku bunga lebih dalam. Pasalnya, kala suku bunga dipangkas, perekonomian dapat melaju lebih kencang dan berdampak pada permintaan energi, termasuk minyak bumi.

Mulai hari Kamis (22/8/2019) hingga Sabtu (24/8/2019), The Fed akan menggelar simposium Jackson Hole. Simposium mengundang pihak-pihak terkait seperti perbankan dan pelaku usaha dan membahas tentang kondisi perekonomian. Biasanya pelaku pasar bisa membaca tindak-tanduk pejabat The Fed untuk meramal sikap (stance) bank sentral ke depan.

Bila sikap The Fed terlihat semakin dovish, maka kemungkinan terjadinya rentetan penurunan suku bunga ke depan juga makin besar. Proyeksi permintaan minyak juga bisa lebih tinggi.

Sementara itu, kawasan Timur Tengah masih panas dan memberi fondasi pada harga minyak.

Kemarin Presiden Iran, Hassan Rouhani, memperingatkan AS untuk tidak melanjutkan tekanan pada Negeri Persia.

“Dunia sudah tahun bahwa jika sanksi terhadap industri minyak Iran berlaku penuh dan ekspor menjadi 0, maka jalur pelayaran internasional tidak akan memiliki keamanan yang sama lagi,” ujar Rouhani saat melakukan pertemuan dengan Pimpinan Tertinggi Iran, Ayatollan Ali Khamenei.

Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa Selat Hormuz tidak akan aman lagi untuk pelayaran jika AS-Iran terus bersitegang.

Celakanya, Selat Hormuz merupakan jalur distribusi minyak mentah yang sangat besar. 20% dari seluruh konsumsi minyak mentah dunia didistribusikan melalui perairan tersebut.

Alhasil keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) minyak global menghadapi ancaman di sisi pasokan. Mau tak mau harga akan akan terdorong.

 

 

 

 

Sumber : Cnbcindonesia.com
Gambar : Antaranews.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,T
witter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *