The Fed Sebut Inflasi Tinggi hanya Sementara, Kurs Dolar AS Perkasa

Dolar menguat pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Investor mengatur ulang ekspektasi kebijakan moneter setelah The Fed mengulangi pernyataannya inflasi tinggi hanya sementara, dan bank sentral Inggris (BoE) membuat pasar lengah dengan mempertahankan suku bunga stabil, mengirim sterling tergelincir.

BoE mengatakan sebagian besar anggota kebijakannya masih berpikir ada nilai sedang menunggu lebih banyak data di pasar tenaga kerja. The Fed mengumumkan pemotongan bulanan USD15 miliar menjadi USD120 miliar dalam pembelian aset bulanan, dengan Ketua Jerome Powell mengatakan dia tidak terburu-buru untuk menaikkan biaya pinjaman.

Selain itu, Presiden European Central Bank (ECB) Christine Lagarde mendorong kembali sepekulasi pasar untuk kenaikan suku bunga paling cepat Oktober 2022 dan mengatakan sangat tidak mungkin langkah seperti itu akan terjadi pada 2022.

“Pasar benar-benar harus mengatur ulang dirinya sendiri sejauh seberapa cepat beberapa bank sentral utama ini akan mengetatkan kebijakan,” kata Analis Pasar Senior Oanda Edward Moya, dikutip dari Antara, Jumat, 5 November 2021.

Sementara The Fed mungkin masih tertinggal dari beberapa rekan-rekannya dalam menaikkan suku bunga, kebijakan akomodatifnya akan memacu pertumbuhan ekonomi dan melanjutkan tema luar biasa Amerika keluar dari pandemi. “Mendukung greenback,” katanya.

Indeks dolar

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya berayun kembali dari terendah 93,80 tak lama setelah pengumuman Fed pada Rabu, 3 November, ke level 94.327 pada Kamis, 4 November, pukul 15.30 waktu setempat.

“Saya pikir kebanyakan orang akan mencari penurunan untuk membeli dolar,” kata Ahli Strategi Makro Societe Generale Kit Juckes.

Kurangnya penurunan suku bunga BoE mengirim poundsterling, yang awalnya memimpin kenaikan terhadap dolar setelah The Fed, jatuh. Poundsterling terakhir merosot 1,33 persen pada 1,3502 dolar AS, level terendah versus greenback sejak 1 Oktober, bahkan ketika bank sentral Inggris mempertahankan prospek kebijakan moneter yang lebih ketat.

“Keputusan suku bunga BoE jauh lebih berdampak di pasar valas daripada keputusan FOMC,” kata Direktur Pelaksana BK Asset Management Kathy Lien.

“The Fed memberi pasar banyak waktu untuk mendiskon tapering. Mereka sangat efektif dalam panduan ke depan mereka. Bank sentral Inggris, di sisi lain, telah hawkish dan fakta bahwa mereka tidak memberikan hawkishness hari ini bertentangan dengan harapan pasar,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *