Pipa Aramco Diserang, Harga Minyak Dunia Melesat

Harga minyak mentah lanjut menguat seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Ketegangan tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya disrupsi terhadap pasokan minyak mentah global.

Pada perdagangan Jumat (17/5/2019), harga minyak Brent kontrak pengiriman Juli menguat hingga 0,56% ke level US$ 73,03/barel. Sementara light sweet (WTI) naik 0,75% ke level US$ 63,34/barel.

Penguatan harga juga terjadi setelah Brent dan WTI melesat masing-masing sebesar 1,18% dan 1,37% kemarin (16/5/2019).

Setelah dua fasilitas pada jalur pipa milik perusahaan Aramco diserang, Arab Saudi pada hari Kamis (16/5/2019) melancarkan serangan udara ke kota Sanaa, Yaman yang dikuasai oleh kelompok Houthi.

Berdasarkan laporan Reuters, serangan tersebut menargetkan sembilan basis militer di wilayah kota Sanaa. Enam penduduk, yang mana empat diantaranya merupakan anak-anak dikabarkan tewas oleh stasiun televisi Houthi, Mesirah. Sementara 60 orang lainnya luka-luka, termasuk dua wanita Rusia yang bekerja di sektor kesehatan.

Artinya ketegangan di Timur Tengah masuk ke tahap konflik bersenjata.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kepada penasihatnya bahwa dirinya tidak ingin terlibat pada perang dengan Iran, berdasarkan keterangan tiga pejabat AS, mengutip Reuters.

Namun ketegangan ini berpotensi membuat pasokan minyak terganggu. Apalagi diketahui bahwa satu per lima konsumsi minyak mentah global didistribusikan melalui Selat Hormuz.

Bila pasokan makin sulit dilepas ke pasar akibat ketegangan ini, maka keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) pun terganggu. Harga minyak mau tak mau harus menguat.

Sementara itu, kebijakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam memangkas produksi masih belum jelas. Menteri Minyak Iraq, Thamer Ghadhban mengatakan bahwa pertemuan OPEC di tingkat menteri baru akan dilakukan pada akhir pekan ini.

Banyak pihak menilai gangguan pasokan yang terjadi sekarang ini bisa menjadi salah satu alasan OPEC untuk menggenjot produksi minyak kembali. Bila itu terjadi artinya ketersediaan pasokan di pasar bisa dipertahankan.

Penguatan harga minyak pun mendapat hambatan karenanya.

Sebagai informasi, pada awal Desember 2018, OPEC bersama sekutunya telah sepakat untuk memangkas produksi sebesar 1,2 juta barel/hari mulai Januari 2019. Kebijakan itulah yang menjadi penyebab utama harga minyak naik lebih dari 30% sejak awal tahun 2019.

 

 

 

 

 

sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Jawa Pos

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *