Ekspor Harus Digenjot untuk Capai Target Pertumbuhan EKonomi

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyarankan pemerintah agar mendorong industri yang berorientasi ekspor pada semester II 2018 guna meraih pertumbuhan ekonomi seperti yang ditargetkan dalam APBN. “Bahwa ke depan kalau enggak mendorong industri, apalagi industri berorientasi ekspor akan sangat sulit untuk bisa mencapai target, katakanlah 5,4 persen seperti di APBN,” kata Peneliti Indef Eko Listiyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (8/8/2018).

Eko melanjutkan, secara matematis target pertumbuhan ekonomi tersebut bisa diraih. Namun, kondisi ekonomi pada kuartal III dan IV 2018 akan penuh tantangan sehingga pemerintah harus menyiapkan strategi agar dapat meraih target pertumbuhan ekonomi itu. “Kalau tahun lalu kan tidak ada pengetatan moneter. Tahun ini ada pengetatan, ada stabilisasi istilahnya begitu, suku bunga naik, terus ada momentum tahun politik dan juga beberapa hal lain di global seperti perang dagang,” jelas Eko.

Ketiga indikator ini yang kemudian dinilai Eko sangat berpengaruh terhadap upaya untuk bisa mendorong kuartal III lebih baik dari kuartal II. Sayangnya, lanjut Eko, dalam lima tahun terakhir, secara data kuartalan dilihat bahwa kuartal II selalu menunjukkan pertumbuhan paling tinggi dibanding kuartal III dan kuartal IV. “Makanya kita harap pemerintah bisa mengubah pola semacam ini dengan berbagai upaya yang dilakukan.

Saran kami itu harus tetap menyentuh sektor industri dan juga sisi ekspornya serta bagaimana menggenjot ekspor atau minimal mengurangi impor tapi diganti oleh produk dalam negeri,” tutur dia. Pemerintah tak bisa terus menerus memperbesar sektor perdagangan yang tumbuh akibat impor, tetapi justru mengecilkan sektor industri pengolahan non-migas dalam negeri. Pada kuartal II 2018, sektor produksi dalam negeri, terutama sektor industri manufaktur non migas justru melorot dari 5,07 persen ke 4,41 persen.

Sementara sektor perdagangan tumbuh 5,24 persen, lebih tinggi dari kuartal I 2018 (4,93 persen) dan kuartal II 2017 (3,47 persen). “Meningkatnya sektor perdagangan yang diiringi dengan merosotnya pertumbuhan industri mencerminkan bahwa barang-barang yang diperdagangkan bukan didominasi produk domestik, melainkan lebih banyak barang impor,” beber Eko. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan impor meningkat hingga 15,17 persen (yoy), sedangkan ekspor hanya tumbuh 7,7 persen.

 

 

 

 

Sumber Berita : kompas.com
Sumber foto : Beritajowo.com

 

 

 

[social_warfare buttons = “Facebook, Pinterest, LinkedIn, Twitter, Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *