Harga Minyak Dunia Melonjak Usai OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi

Harga minyak dunia menguat sekitar tiga persen pada Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Hal itu terjadi karena anggota OPEC+ menyetujui pengurangan produksi kecil sebesar 100 ribu barel per hari untuk meningkatkan harga.

Mengutip The Business Times, Selasa, 6 September 2022, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November menguat USD2,72 menjadi USD95,74 per barel atau naik 2,92 persen. Harga telah naik hampir USD4 di awal sesi, tetapi dijinakkan oleh komentar dari Gedung Putih.

Presiden AS Joe Biden berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna menopang pasokan energi dan menurunkan harga. Sedangkan minyak mentah AS naik USD2 menjadi USD88,85 per barel atau naik 2,3 persen setelah naik 0,3 persen di sesi sebelumnya, dalam volume tipis selama liburan Hari Buruh AS.

Pengurangan 100 ribu barel per hari (bph) oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, hanya sebesar 0,1 persen dari permintaan global. Grup tersebut juga sepakat dapat bertemu kapan saja untuk menyesuaikan produksi sebelum pertemuan yang dijadwalkan berikutnya pada 5 Oktober.

“Ini adalah pesan simbolis yang ingin dikirim kelompok itu ke pasar lebih dari apapun,” kata Analis Oanda Craig Erlam.

Ia menambahkan kenaikan 100 ribu barel per hari bulan lalu oleh OPEC+ tidak dilihat sebagai masalah besar. “Apa yang mungkin kita lihat dari pasar adalah penetapan harga di sebagian besar skenario terburuk,” tambah Erlam.

Produsen utama OPEC Arab Saudi bulan lalu menandai kemungkinan pengurangan produksi untuk mengatasi apa yang dilihatnya sebagai penurunan harga minyak berlebihan. Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang lemah berada di belakang keputusan Moskow dan sekutu OPEC untuk memangkas produksi minyak.

Kantor berita TASS melaporkan, Menteri Energi Rusia Nikolai Shulginov mengatakan negara itu kemungkinan besar akan mengurangi produksi minyaknya sekitar dua persen tahun ini.

“Gambaran yang lebih besar adalah OPEC+ berproduksi jauh di bawah target outputnya dan ini tampaknya tidak akan berubah mengingat Angola dan Nigeria, khususnya, tampaknya tidak dapat kembali ke tingkat produksi sebelum pandemi,” pungkas Kepala Ekonom Komoditas Capital Ekonomi Caroline Bain.

 

 

 

 

Sumber : medcom.id
Gambar : Disway

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *