Ekonomi Jepang Tumbuh 2,2 Persen Kuartal II 2022

Ekonomi Jepang tumbuh 2,2 persen (yoy) pada kuartal II 2022. Angka tersebut lebih lambat dari proyeksi sejumlah analis karena pandemi covid-19 yang belum berakhir.

Dilansir Reuters, Senin (15/8), peningkatan konsumsi menopang pertumbuhan April-Juni. Namun, kinerja itu ditahan oleh bangkitnya pandemi, perlambatan pertumbuhan global, kendala pasokan dan kenaikan harga bahan baku yang meningkatkan biaya hidup rumah tangga.

“Konsumsi dan belanja modal akan terus mendorong pertumbuhan pada Juli-September. Tetapi momentum mungkin tidak sekuat itu karena kenaikan inflasi meredam pengeluaran rumah tangga,” kata Kepala Ekonom Itochu Economic Research Institute Atsushi Takeda.

Takeda menilai permintaan domestik akan meningkat, tetapi penurunan ekspor dapat menghambat pemulihan Jepang.

Laju ekonomi kuartal II 2022 menandai kenaikan tiga kuartal berturut-turut, tetapi lebih rendah dari proyeksi 2,5 persen. Ini mengikuti revisi kenaikan 0,1 persen dalam produk domestik bruto (PDB) pada Januari-Maret, ketika melonjaknya kasus covid-19 merugikan pengeluaran.

Pertumbuhan sebagian besar didorong oleh peningkatan konsumsi swasta 1,1 persen. Hal itu seiring bisnis yang dibuka kembali setelah pencabutan pembatasan aktivitas pada Maret lalu.

Namun, peningkatan konsumsi masih lebih kecil dari perkiraan pasar, 1,3 persen. Remunerasi penerima upah selama April-Juni, disesuaikan dengan inflasi, turun 0,9 persen dari kuartal sebelumnya. Penurunan itu lebih dalam dari penurunan 0,1 persen pada Januari-Maret sebagai tanda kenaikan biaya hidup yang merugikan pendapatan rumah tangga.

Belanja modal, pendorong utama lain pertumbuhan April-Juni, meningkat 1,4 persen dari kuartal sebelumnya, melebihi perkiraan pasar median untuk ekspansi 0,9 persen.

Permintaan domestik menambahkan 0,5 persen poin ke pertumbuhan PDB, sementara permintaan eksternal menahan laju ekonomi.

Pemerintah setempat berharap permintaan yang terpendam akan menopang konsumsi sampai upah naik cukup untuk menutupi kenaikan biaya hidup. Kendati demikian, analis menyorot ketidakpastian apakah perusahaan akan menaikkan gaji di tengah meningkatnya risiko permintaan global yang melambat.

Bank sentral Jepang (BoJ) bertekad untuk mempertahankan kebijakan moneter yang sangat longgar bahkan ketika inflasi melebihi target 2 persen selama tiga bulan berturut-turut pada Juni lalu.

Hal itu dilakukan untuk memastikan momentum pemulihan ekonomi berkelanjutan berkat konsumsi yang solid dan peningkatan upah.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Berita Baru

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *