Tunggu ‘Kode’ dari Pak Perry, Rupiah Menguat Tipis

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang masih terus melaju kencang, meski demikian nilai tukar rupiah justru menguat tipis di awal perdagangan Selasa (19/4/2022). Namun, rupiah masih akan tetap bergerak tipis-tipis saja, apalagi ada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter siang nanti.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melemah 0,02% ke Rp 14.350/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Tanda-tanda penguatan rupiah sudah terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.

BI siang nanti diperkirakan belum akan merubah kebijakannya. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.

Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 14 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan fundamental ekonomi terutama stabilitas rupiah terjaga dengan surplus neraca perdagangan.

Surplus neraca perdagangan yang besar diperkirakan bisa mendorong surplus pada transaksi berjalan di kuartal I-2022. Dengan surplus transaksi berjalan maka pergerakan rupiah akan lebih stabil.

“Kondisi ini akan meminimalkan dampak eksternal serta membantu BI untuk tidak terburu-buru dalam menaikkan suku bunga di tengah tren normalisasi kebijakan moneter,” tutur Andry dalam laporan Macro Brief Trade Balance April 2022.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan BI masih akan mempertahankan suku bunga acuan mereka di 3,5% bulan ini karena mempertimbangkan stabilitas nilai tukar Rupiah dan terkendalinya inflasi, di tengah peningkatan risiko eksternal yang didorong ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina.

“Nilai tukar rupiah yang stabil juga ditopang oleh faktor fundamental yang solid di tengah kondisi keseimbangan eksternal yang tetap terjaga. Kondisi Rusia-Ukraina yang mendorong kenaikan harga komoditas global turut mendukung kinerja ekspor. Kondisi keseimbangan eksternal yang tetap solid tersebut mengindikasikan potensi current account balance yang cenderung surplus dalam jangka pendek ini,” tutur Josua kepada CNBC Indonesia.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, memang masih konsisten dengan sikap dovish-nya.
Pekan lalu BI sekali lagi menegaskan belum akan menaikkan suku bunga sampai inflasi naik secara fundamental.

Perry masih optimis tahun ini inflasi tetap terkendali dan masih berkisar pada asumsi semula, yaitu 2-4%, sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.

“Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%,” ungkap Perry usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).

Perry sekali lagi menegaskan jika kebijakan moneter BI, terutama suku bunga tidak akan merespon first round impact dari kenaikan harga saat ini. Dengan sikap dovish tersebut, rupiah masih mampu menahan dolar AS yang sangat perkasa akibat The Fed (bank sentral AS) yang akan agresif dalam menaikkan suku bunga.

Seandaianya BI sedikit saja lebih hawkish, dengan memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, rupiah bisa menguat melawan dolar AS bahkan tidak menutup kemungkinan pergerakannya cukup besar.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Beritasatu.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *