Kapal Nyangkut di Kanal Suez Sudah Bebas, Harga Minyak Ambles

Harga minyak mentah dunia masih bergerak dengan mode volatilitas tinggi. Kemarin harga si emas hitam naik 1%, pagi ini Selasa (30/3/2021) harganya turun.

Harga kontrak berjangka Brent melemah 0,32% ke US$ 64,77/barel dan harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,28% ke US$ 61,39/barel.

Harga minyak langsung turun setelah ada kabar dari kapal kargo Ever Given yang ‘nyangkut’ di Terusan Suez bisa mengapung kembali. Kapal sepanjang 400 meter dan berkapasitas 200 ribu ton tersebut sempat ‘memalang’ secara diagonal di jalur perdagangan paling sibuk dunia itu selama satu minggu.

Kini ketika kapal sudah tak menghalangi lalu lintas kapal lain, maka diharapkan distribusi bisa berjalan lagi walau tetap ada kerugian dari segi waktu dan finansial mengingat kemacetan dalam kurun waktu satu minggu bukanlah waktu yang singkat.

Terusan Suez bukanlah jalur sembarangan. Jalur buatan yang pertama kali dioperasikan pada 1869 ini memiliki panjang 193 km dan membelah Benua Asia dan Afrika serta menghubungkan Laut Mediteran dan Laut Merah.

Terusan Suez merupakan salah satu lalu lintas perdagangan paling sibuk di dunia. Berdasarkan data Suez Canal Authority (SCA), pada tahun fiskal 2019/2020, setidaknya ada 19.311 kapal pengangkut barang yang berlalu lalang di jalur tersebut.

Sebanyak 23% dari total kargo mengangkut minyak mentah dan produk turunannya seperti bensin, LPG, nafta dan sejenisnya dengan total volume mencapai 238 juta ton. Sebanyak 77% kargo lain membawa berbagai macam produk ekspor-impor dari berbagai belahan dunia.

Jalur tersebut juga sangat berarti bagi perdagangan wilayah Asia Tenggara tak terkecuali Indonesia. Pada 2019 saja total kapal kargo yang melalui jalur perdagangan tersebut mencapai 166,32 juta ton atau setara dengan 36,2% dari total lalu lintas kapal kargo global.

Nilai kerugian yang harus diderita akibat insiden ini ditaksir mencapai US$ 400 juta per jam atau setara dengan Rp 5,6 triliun jika menggunakan asumsi kurs Rp 14.000/US$.

Kini fokus pasar kembali ke para kartel yang tergabung dalam aliansi eksportir minyak dunia bersama sekutunya atau yang dikenal dengan sebutan OPEC+. Kelompok tersebut bakal mengadakan pertemuan dalam waktu dekat untuk membahas kebijakan produksi minyaknya.

Rusia dikabarkan akan mendukung produksi minyak yang stabil secara luas yang ditekankan oleh OPEC+ untuk periode Mei, sambil mengupayakan kenaikan produksi yang relatif kecil bagi dirinya sendiri guna memenuhi permintaan musiman yang meningkat.

Salah satu sumber mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa mereka mengharapkan keputusan serupa dengan pertemuan sebelumnya ketika OPEC+ bertemu pada 1 April untuk memutuskan kebijakan produksi. Pasar berharap para kartel tak meningkatkan produksi secara signifikan.

Goldman Sachs mengharapkan OPEC+ untuk mempertahankan produksinya untuk Mei ketika grup itu akan bertemu minggu depan.

Melansir Reuters, kelompok itu setuju untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan produksi minyak hingga April ketika bertemu awal bulan ini, sementara membiarkan Rusia dan Kazakhstan naik 150.000 barel per hari.

Output kondensat minyak dan gas Rusia meningkat menjadi 10,22 juta barel per hari (bph) dalam periode 1-28 Maret dari 10,1 juta barel per hari pada Februari. Melihat data tersebut maka hal ini sejalan dengan rencana Moskow.

Secara khusus, Goldman Sachs mengharapkan peningkatan yang lebih lambat dalam produksi OPEC+ musim semi ini untuk membantu mengimbangi baik pasar berkembang yang lebih lambat dan pemulihan permintaan Uni Eropa dan ekspor Iran yang lebih tinggi.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : TRT

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *