Jauh Panggang dari Api, Harga Emas Diramal Naik tapi Nyatanya

Sentimen terhadap logam mulia emas cenderung bullish untuk minggu ini. Namun harga si logam kuning belum menunjukkan pergerakan yang berarti.

Baik sentimen dan partisipasi dalam survei emas mingguan meningkat di kalangan investor ritel. Minggu lau ada 1698 suara yang berhasil dikumpulkan dalam survei online. Di antara mereka, ada 1.101 atau 65%, mengatakan mereka bullish pada emas minggu ini.

Sebanyak 355 peserta lainnya atau 21%, mengatakan mereka bearish. Sementara itu 242 responden sisanya atau 14% cenderung netral pada logam mulia.

Pada perdagangan hari kedua minggu ini, harga emas di arena pasar spot turun 0,1% ke US$ 1.736,2/troy ons. Sejak akhir bulan Februari harga emas cenderung berada di bawah level psikologis US$ 1.750/troy ons.

Walaupun secara neto sentimen terhadap emas cenderung bullish, tetapi harga si logam mulia masih berpotensi berbalik arah. Apabila yield terus mengalami kenaikan, maka harga emas berpotensi tertekan.

Emas merupakan salah satu aset yang tak memberikan imbal hasil. Ketika ada aset lain yang juga minim risikonya tetapi menawarkan imbal hasil yang lebih menarik maka investor akan cenderung memilihnya.

Kenaikan imbal hasil obligasi AS membuat biaya peluang memegang emas meningkat. Sehingga investor cenderung beralih dari emas ke aset lain. Hal inilah yang menekan harga emas beberapa waktu lalu.

Risiko inflasi yang tinggi inilah yang tak hanya membuat yield naik tetapi harga emas juga punya tenaga untuk bergerak ke utara. Pasalnya emas berbeda dengan uang fiat.

Jika uang fiat bisa dicetak kapanpun dan dalam jumlah berapapun sehingga terjadi devaluasi, pasokan emas cenderung stabil. Hal ini memungkinkan emas digunakan sebagai aset untuk lindung nilai (hedging) dari risiko inflasi.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Economy Okezone

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *