Awas! Dolar AS Ngamuk, Harga Emas Sedang Dibanting

Harga emas mengalami koreksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin (18/1/2021). Para analis di Wall Street memperkirakan harga emas masih akan terkoreksi di sepanjang minggu.

Penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Paman Sam menjadi pemicu utama longsornya harga logam kuning tersebut. Kini di pasar spot harga emas dibanderol di US$ 1.820/troy ons pada 08.00 WIB.

Di saat yang sama indeks dolar yang mengukur posisi greenback terhadap mata uang lain berada di posisi 90,8 dan imbal hasil nominal obligasi AS untuk seri acuan tenor 10 tahun meningkat ke 1,097%.

Dolar AS dan emas merupakan aset yang bergerak berlawanan arah. Ketika dolar AS menguat maka harga emas cenderung melemah, begitu juga sebaliknya.

Peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga membuat emas tertekan karena aset yang tak berimbal hasil ini menanggung kenaikan biaya peluang (opportunity cost) kendati yield riilnya masih negatif.

Pekan lalu Presiden terpilih AS Joe Biden menjabarkan rencananya untuk menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun. Stimulus tersebut akan mencakup tambahan bantuan langsung tunai (BLT) senilai US$ 1.400 untuk masyarakat AS.

Namun dengan kondisi wabah Covid-19 yang belum bisa dijinakkan, bahkan justru semakin meluas dan memicu terjadinya lockdown, ada kemungkinan banyak pihak yang jauh lebih memilih uang tunai ketimbang memegang aset-aset lain.

Ada kekhawatiran bahwa kejadian Maret tahun lalu akan terulang, ketika hampir semua aset-aset keuangan dilego dan investor lebih pilih uang tunai sehingga membuat dolar AS menguat signifikan.

Survei yang dilakukan oleh Kitco terhadap analis di Wall Street menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka meramal harga emas akan turun atau stagnan pada pekan ini.

Sebanyak 37,5% analis Wall Street memperkirakan harga emas akan bearish pekan ini. Sebanyak 37,5% lainnya netral dan sisanya bullish. Berbeda dengan Wall Street, survei yang dilakukan terhadap Main Street justru menunjukkan responden masih optimis harga emas berpeluang naik.

Sebanyak 54,4% dari 1.701 responden yang disurvei oleh Kitco mengatakan bahwa mereka optimis harga emas naik. Sebanyak 23,7% responden cenderung menilai harga emas bearish sementara 21,9% sisanya netral.

“Perspektif ekonomi jangka pendek masih terlihat bermasalah, itulah sebabnya orang-orang takut dan kembali ke uang tuna. Pasar menjadi rentan. Namun saya melihat US$ 1.825 sebagai level support. Begitu Biden naik dan uang mulai mengalir, Saya sangat konstruktif terhadap [prospek] logam,” kata Peter Hug Direktur Trading Logam Kitco.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *