Real Madrid, Atalanta Bukan Kaleng-kaleng

Real Madrid bakal bersua Atalanta usai drawing babak 16 besar Liga Champions di Nyon, Swiss, Senin (14/12) sore WIB. Pertemuan nanti bisa sangat menarik, karena Atalanta bukan tim kaleng-kaleng.
Kedua tim akan bermain dalam dua leg. Atalanta akan berlaku sebagai tuan rumah di leg pertama, dan dua minggu kemudian gantian Madrid yang menjamu Atalanta.

Sesuai jadwal dari UEFA, leg pertama akan berlangsung pada 16, 17, 23, dan 24 Februari 2021. Sementara leg kedua akan berlangsung pada 9, 10, 16, 17 Maret 2021. Di atas kertas Atalanta bukanlah lawan Madrid. Atalanta baru debut di Liga Champions musim lalu, sedangkan Los Blancos adalah klub tersukses dengan raihan 13 gelar juara di kompetisi kasta tertinggi Eropa. Jelas sebuah perbandingan bak bumi dan langit jika melongok pada catatan dan capaian sejarah keduanya.

Atalanta menjadi sorotan ketika tampil bagus di gelaran Liga Champions 2019/2020. Hasil undian fase grup menempatkan Atalanta bersama Manchester City, Shakhtar Donetsk, dan Dinamo Zagreb di Grup C. Meski bukan unggulan, nyatanya tim asuhan Gian Piero Gasperini mengakhiri grup di posisi kedua dan menemani Man City ke 16 besar. Kiprah Atalanta pada awalnya tak meyakinkan, mereka kalah 0-4 dari Dynamo Zagreb dan 1-2 dari Shakhtar. Mereka juga dihajar 1-5 oleh Man City.

Tentu saja tiga kekalahan di tiga laga awal menipiskan kans Atalanta lolos. Namun La Dea menunjukkan mentalitas dan kegigihan di tiga partai sisa Grup C. Mereka sempat menahan imbang Man City 1-1, lalu menang 2-0 atas Dinamo Zagreb dan 3-0 atas Shakhtar. Di fase gugur, Atalanta menggila. Valencia yang dihadapi dua kali dihajar 4-1.

Sampai akhirnya mereka bertemu PSG yang dimainkan satu leg karena pandemi virus corona. Mimpi Atalanta lolos ke semifinal di musim debut nyaris terwujud. Sayang keunggulan 1-0 atas PSG hingga 90 menit harus pupus di masa injury time. PSG berbalik unggul usai menceploskan dua gol di menit 93 dan 95. Kisah itu coba diulang Atalanta di Liga Champions musim ini. Tergabung di Grup D bersama Liverpool, Ajax, dan FC Midtjylland, Atalanta kembali menjadi runner up. Mereka menemani Liverpool lolos ke 16 besar.

Catatan Atalanta kali ini lebih baik dari musim lalu. Mereka mengakhiri grup dengan tiga kemenangan, dua kali, dan sekali kalah. Satu-satunya kekalahan didapat ketika melawan Liverpool. Mereka dibantai 1-5 di rumah sendiri, namun sukses revange di Anfield dengan kemenangan 2-0. Pencapaian dan penampilan impresif Atalanta tentu menjadi warning bagi Madrid yang tak bisa memandangnya dengan sebelah mata.

Madrid harus waspada. Apalagi musim ini Los Merengues ‘ngap-ngapan’ dalam enam laga di Grup B bersama Borrusia Monchengladbach, Shakhtar Donets, dan Inter Milan. Sergio Ramos cs keok dua kali melawan Shakhtar dan sempat ditahan imbang M’Gladbach.

Mereka di posisi ketiga hingga matchday kelima ketika kalah 0-2 saat melawat ke Shakhtar. Terancam gagal lolos, Madrid butuh poin maksimal di laga terakhir melawan Gladbach yang akhirnya terwujud usai Karim Benzema memborong dua gol kemenangan. Meski tetap menjadi favorit juara Liga Champions musim ini, anak asuh Zinedine Zidane tetap harus waspada menghadapi Atalanta yang menjadi salah satu kuda hitam selain RB Leipzig.

Belum lagi jika menilik rekor Madrid kala bertemu tim-tim Italia, masih negatif. Dalam 62 tahun terakhir, Madrid sudah 18 kali menelan kekalahan dari 34 laga away melawan tim-tim Italia.

Atalanta tak dihuni pemain-pemain kelas wahid, namun mampu bermain sebagai tim. Ditambah Gasperini merupakan pelatih yang mampu menunjukkan fleksibilitas formasi dan taktik.

Selama ini, Atalanta, sama seperti kebanyakan tim Italia, kerap mementingkan pertahanan yang kuat. Mereka tak segan menerapkan pola grendel, menunggu lawan membuat kesalahan, lalu membunuh lewat serangan balik.

Hal itu yang dilakukan Atalanta. Dalam enam laga, Atalanta tak banyak memegang penguasaan bola, terutama ketika melawan tim-tim kuat macam Ajax dan Liverpool.

Satu-satunya kekalahan Atalanta kala dihajar 1-5 oleh Liverpool. Saat itu, Gasperini menerapkan formasi 5-3-2, yang mana tak berkutik.

Namun laga di Anfield yang terjadi sebaliknya, meski Liverpool banyak menurunkan pemain pelapis karena sudah pasti lolos, namun Gasperini mengubah taktik menjadi 3-4-1-2. Hasilnya mereka menang 2-0 yang memuluskan langkah ke 16 besar.

Selain fleksibilitas taktik, mereka juga memiliki pemain-pemain depan yang bagus dan efektif untuk melakukan serangan balik. Sebut saja Duvan Zapata, Josip Ilicic, atau Papu Gomez.

Sementara Hans Hateboer dan Robin Gosens merupakan dua bek sayap yang selama ini jadi andalan. Keduanya kerap overlap untuk membantu serangan, namun juga kuat dalam bertahan.

Karena itu, melawan Madrid nanti, Atalanta kemungkinan besar tak bernafsu menguasai bola atau mengambil inisiatif permainan. Dengan taktik itu, Madrid bisa kerepotan mengingat mereka terlihat rapuh di lini belakang musim ini.

Madrid harus waspada tentunya. Karena Atalanta sekali lagi bukan tim kaleng-kaleng. Tak waspada maka Madrid dalam bahaya.

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *