Beda Arah Lagi, Selisih Harga Minyak Brent & WTI Melebar

Pada perdagangan Rabu (26/8/2020), harga minyak mentah untuk kontrak yang aktif ditransaksikan bergerak tak seirama. Brent menguat sementara WTI (lightsweet) melemah.

Pada 09.20 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 0,15% ke US$ 45,93/barel dan untuk minyak berjangka WTI justru terpangkas 0,12% ke US$ 43,3/barel.

Setelah pandemi virus corona menyebabkan double hit shocks baik dari sisi permintaan maupun pasokan, kini adanya badai Laura yang menerjang Pantai Teluk AS membawa shock atau guncangan lain dari sisi suplai.

“Harga minyak mentah naik, terseret lebih tinggi oleh lonjakan harga bensin karena Badai Laura menuju Pantai Teluk AS,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan pada hari Rabu.

Industri energi AS pada hari Selasa sedang bersiap menghadapi serangan badai besar.

Reuters melaporkan produsen mengevakuasi 310 fasilitas lepas pantai dan menutup 1,56 juta barel per hari (bpd) produksi minyak mentah atau setara dengan 84% dari produksi lepas pantai Teluk Meksiko. Angka ini mendekati 90% pemadaman yang diakibatkan oleh Badai Katrina 15 tahun lalu.

“Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan kekurangan bensin akibat bencana dalam jangka pendek,” kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp kepada Reuters.

Dukungan harga lebih lanjut datang dari data dari American Petroleum Institute (API) selaku asosiasi industri minyak AS.

Data API yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun lebih dari yang diharapkan minggu lalu. Stok minyak mentah AS hingga pekan yang berakhir pada 21 Agustus 2020 berkurang 4,5 juta barel.

Administrasi Informasi Energi (EIA) A.S., badan statistik dari Departemen Energi Paman Sam dijadwalkan akan merilis data inventaris resminya sendiri pada hari Rabu (waktu setempat).

Sejatinya harga minyak sudah mulai stabil di kisaran US$ 43 – US$ 45 per barel untuk Brent dan US$ 40 – US$ 42 per barel untuk WTI sejak bulan Juli.

Stabilitas harga ditopang oleh membaiknya sentimen global serta adanya perbaikan permintaan di tengah mulai kembalinya hiruk pikuk aktivitas ekonomi di banyak negara serta ditopang oleh kebijakan para negara eksportir (OPEC+) yang memangkas produksi secara besar-besaran.

Ke depan pergerakan harga minyak akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan pandemi Covid-19 dan vaksinnya, tensi geopolitik AS-China hingga prospek ekonomi pasca pandemi.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *