Inflasi Juni 0,18 Persen karena Kenaikan Harga Ayam

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Juni 2020. Inflasi lebih tinggi dari 0,07 persen pada Mei 2020. Namun, lebih rendah dibanding 0,55 persen pada Juni tahun sebelumnya.

Sementara, inflasi secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) sebesar 1,09 persen. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,96 persen pada bulan lalu.

“Kalau dibandingkan dengan inflasi bulanan tahun sebelumnya memang polanya agak berbeda. Di tahun sebelumnya, ramadan dan lebaran puncak inflasi, tapi tidak terjadi pada tahun ini karena ada pandemi covid-19,” tutur Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (1/7).

Suhariyanto mengatakan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau 0,47 persen dengan andil 0,12 persen. Kemudian, inflasi karena harga ayam daging ras naik sebesar 0,04 persen.

“Kenaikan harga daging ayam ras terjadi di 86 kota IHK, misalnya di Gunung Sitoli dan Lhokseumawe,” katanya.

Selain itu, kenaikan harga juga terjadi pada komoditas telur ayam sebesar 0,04 persen. Sedangkan bahan pangan yang turun harga ialah bawang merah, cabai merah, cabai rawit, minyak goreng, gula pasir.

Selanjutnya, inflasi tertinggi juga berasal dari kelompok transportasi dengan inflasi 0,41 persen dan andil 0,05 persen. “Ada kenaikan tarif angkutan udara yang beri andil inflasi 0,02 persen dan kenaikan tarif angkutan antar kota dan roda dua online, masing-masing andil 0,01 persen,” jelasnya.

Inflasi juga terjadi pada kelompok pakaian dan alas kaki 0,02 persen dengan andil nol persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,13 persen dengan inflasi nol persen. Selanjutnya, inflasi kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya 0,13 persen dengan andil nol persen dan kelompok pendidikan nol persen dengan andil nol persen.

Sementara, deflasi terjadi di kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar minus 0,04 persen dengan andil minus 0,01 persen.

“Ada penurunan harga bahan bakar, utamanya LPG. Harga di 12 kota IHK menurun, sehingga deflasi,” katanya.

Lalu, deflasi juga terjadi di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya minus 0,08 persen dengan andil nol persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan minus 0,06 persen dengan andil nol persen.

Kemudian, deflasi kelompok perlengkapan peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga minus 0,03 persen dengan andil nol persen.

Berdasarkan komponennya, inflasi terjadi berkat sumbangan komponen bergejolak (volatile foods) dengan inflasi 0,77 persen dan andil 0,13 persen. Komponen volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan deflasi 0,07 persen dan andil minus 0,01 persen serta komponen bahan makanan dengan 0,66 persen dan andil 0,12 persen.

Lalu, komponen harga diatur pemerintah (administered price) dengan inflasi 0,22 persen dan andil 0,04 persen. Kemudian, inflasi inti sebesar 0,02 persen dan andil 0,01 persen.

Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di 76 kota dari 90 kota IHK. Sementara 14 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kendari sebesar 0,33 persen dan terendah di Makassar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Ternate sebesar minus 0,34 persen dan terendah di Padangsidimpuan minus 0,02 persen.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompas.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *