Trump Larang Eropa Terbang ke AS, Saham Maskapai Terjun Bebas

Analis Bernstein Daniel Roeska mengatakan industri penerbangan paling terpukul dari larangan perjalanan yang diberlakukan sejumlah negara dalam memerangi pandemi virus corona. Terbaru, Presiden AS Donald Trump melarang penerbangan Eropa mendarat di Amerika Serikat.

Ia bilang sejumlah maskapai penerbangan tertekan karena seluruh dunia membatalkan penerbangan dan mengubah operasionalnya. Industri ini berpotensi kehilangan sampai ratusan miliar dolar AS.

Di pasar modal, harga saham emiten maskapai kelas kakap terjerembab. Sebut saja, Lufthansa (DLAKF) rontok 14 persen pada perdagangan Kamis (12/3) waktu AS. Koreksi itu membuat saham maskapai Jerman tersebut tergelincir hingga 47 persen sejak awal tahun.

Lalu, saham Air France-KLM (AFLYY) turun 13 persen. Sejak awal tahun, sahamnya anjlok 57 persen. Saham perusahaan induk British Airways IAG (ICAGY) juga melemah 15 persen, meski Trump belum menangguhkan penerbangan dari Inggris dan Irlandia.

Roeska memprediksi saham Lufthansa, Delta (DAL), dan United Airlines (UAL) menjadi saham yang terkena dampak terbesar larangan perjalanan. Sebab, mereka memegang pangsa pasar terbesar untuk penerbangan trans-Atlantik.

Tercatat, saham Delta turun 13 persen, saham American Airlines (AAL) turun sekitar 8 persen, dan United Airlines turun sekitar 15 persen.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebut maskapai penerbangan butuh langkah darurat untuk melewati krisis akibat covid-19. Mereka mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan perpanjangan tenor kredit, mengurangi biaya infrastruktur, termasuk pengurangan pajak demi meringankan beban maskapai.

Mengutip CNN.com, Jumat (13/3), Norwegian Air memberhentikan sementara 50 persen pekerjanya usai kebijakan Trump membatasi perjalanan dari Eropa. Norwegian Air telah membatalkan lebih dari 4.000 penerbangan setelah larangan tersebut.

CEO Norwegian Air Jacob Schram mengatakan pembatasan penerbangan menambah tekanan pada situasi yang sebelumnya sudah sulit akibat penyebaran virus corona.

“Kami mendesak pemerintah bertindak sekarang untuk memastikan bahwa industri penerbangan dapat melindungi pekerjaannya, dan menjadi bagian penting dari pemulihan ekonomi global,” katanya.

Risiko Pekerja

CEO Asosiasi Perjalanan AS Roger Dow mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan langkah-langkah agresif untuk melindungi tenaga kerja AS. Ia mengungkapkan sebanyak 15,7 juta orang AS bekerja pada industri perjalanan.

“Menghentikan perjalanan dari Eropa akan memperburuk dampak virus corona yang sebelumnya memang sudah berat,” tuturnya.

Pekan lalu, IATA memprediksi maskapai global akan kehilangan penjualan US$113 miliar tahun ini jika virus corona terus menyebar. Kondisi ini mirip dengan kerugian industri penerbangan selama krisis keuangan global pada 2008. Namun, IATA mengatakan kerugian dapat bertambah setelah larangan Trump menjadi US$20,6 miliar.

Maskapai-maskapai besar Eropa telah mengambil langkah dengan memangkas biaya dalam beberapa pekan terakhir. Beberapa dari mereka bahkan menawarkan karyawan mengambil cuti tak berbayar, berhenti dari pekerjaannya, dan mengurangi perekrutan karyawan baru.

Operator lebih kecil, lanjut IATA, paling rentan terhadap guncangan permintaan akibat virus corona. Misalnya, maskapai UK Flybe yang kolaps pada awal bulan ini. Maskapai kecil yang tidak mendapat dukungan dari investor atau pemerintah diprediksi bernasib sama dengan Flybe.

Selain itu, maskapai tersebut menjadi target pengambilalihan oleh maskapai yang lebih besar. Potensi ini paling besar terjadi di Eropa karena konsolidasi industri sedang berlangsung.

“Kami telah melihat Flybe jatuh. Pukulan terakhir ini bisa mendorong maskapai lain ke arah yang sama,” kata Presiden IATA Alexandre de Juniac.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Republika

 

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *