Dolar AS Masih Perkasa, Harga Emas Dibuat Tak Berkutik

Setelah pekan lalu, harga emas ditutup hampir menyamai rekor tertingginya, di hari pertama perdagangan pekan ini harga si logam mulia malah berbalik arah.

Mengawali perdagangan pekan ini, harga emas di pasar spot ditransaksikan melemah tipis 0,08% dibanding posisi penutupan perdagangan pekan lalu. Data Refinitiv menunjukkan harga emas di pasar spot berada di level US$ 1.582.7/troy ons pada 09.40 WIB.

Merebaknya virus corona masih jadi salah satu sentimen utama pergerakan harga emas. Virus yang resmi dinamai COVID-19 oleh WHO ini terus menelan korban dan belum menunjukkan tanda-tanda dapat dijinakkan.

Data terbaru yang dipublikasikan oleh John Hopkins University CSSE, hingga hari ini sudah ada 71.329 kasus orang yang positif terinfeksi virus corona dilaporkan di berbagai belahan dunia.

Sebanyak 70.549 dilaporkan di China sementara sebanyak 780 kasus dilaporkan di 28 negara lain termasuk di dalamnya ada 355 kasus dilaporkan di kapal pesiar Diamond Princess yang saat ini tengah menjalani karantina di Yokohama, Jepang.

Jumlah korban meninggal akibat infeksi patogen ini juga terus bertambah. Berdasarkan data yang sama jumlah korban meninggal mencapai 1.775 orang. Empat korban meninggal berada di luar China. Masing-masing satu korban meninggal di luar China berasal dari Hong Kong, Perancis, Filipina dan Taiwan.

Belum dapat dipastikan seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh kasus merebaknya virus corona ini. Namun kajian yang dilakukan oleh bank investasi global Morgan Stanley mengatakan, perekonomian China bisa kena pukulan akibat virus ini.

Morgan Stanley dalam laporannya menuliskan, pertumbuhan ekonomi China dapat terpangkas 0,8-1,3 persen poin pada semester satu 2020. China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan terhubung dengan perekonomian global.

Oleh karena itu, apa yang terjadi di China dapat berdampak pada perekonomian global. Masih dari studi Morgan Stanley, bank investasi global tersebut memperkirakan dampak virus corona ini dapat menurunkan laju perekonomian global sebesar 0,3-0,5 persen poin pada semester I 2020.

Kala perekonomian sedang dalam kondisi yang tak baik. Para pelaku pasar buru-buru menyelamatkan portofolionya dengan beralih ke aset-aset minim risiko, salah satunya emas. Aktivitas perburuan aset minim risiko ini memiliki konsekuensi yang membuat harga emas menjadi terkerek naik.

Inilah yang terjadi pada penutupan perdagangan pekan lalu. Harga emas ditutup di level US$ 1.584,32/troy ons, hampir menyamai rekor tertinggi sejak awal tahun di US$ 1.589,8/troy ons.

Namun karena harganya sudah mahal, belum lagi dolar yang masih perkasa membuat harga emas tak bisa bergerak naik hari ini. Indeks dolar yang mengukur kekuatan greenback di hadapan enam mata uang lain saat ini berada di level 99.106, tertinggi sejak 10 Oktober 2019.

Pergerakan harga emas dan indeks dolar memiliki korelasi yang negatif. Sehingga penguatan dolar yang terjadi saat ini membatasi pergerakan harga emas. Bagaimanapun juga emas dibanderol dalam mata uang dolar AS. Jadi kala dolar menguat, harga emas yang sudah mahal akan semakin mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Okezone Ekonomi

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *