Dampak Virus Corona Lebih Besar dari SARS, Yen Terus Menguat

Nilai tukar yen Jepang kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/1/2020) akibat kecemasan pelaku pasar akan dampak virus corona terhadap perekonomian China.

Pada pukul 10:20 WIB, yen menguat 0,06% ke level 108,92/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang Jepang ini sudah menguat dalam tujuh dari delapan hari terakhir.

Jumlah korban meninggal maupun yang terjangkit virus corona masih terus bertambah. Mengutip CNBC International, di China sebanyak 170 orang meninggal dan menjangkiti lebih dari 7.700 orang.

Jumlah kasus virus corona di China kini melebihi wabah Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome/SARS) pada 2002-2003 lalu sebanyak 5.327 kasus. Dampaknya ke negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut juga diprediksi lebih besar.

“Kami percaya dampak ekonomi dari virus corona akan lebih besar jika dibandingkan dengan SARS” kata analis dari Nomura, sebagaimana dilansir CNBC International.

Menurun Nomura, saat terjadi SARS produk domestic bruto (PDB) China turun 2% di kuartal II-2003 dari kuartal sebelumnya.

“Berdasarkan asumsi kami, pertumbuhan PDB riil China di kuartal I-2020 bisa turun dari 6% yang dicatat pada kuartal IV-2019, dalam skala kemungkinan penurunannya lebih besar dari 2% yang dibukukan saat wabah SARS 2003″ tambahnya.

Meski demikian analis dari Nomura tersebut menyakini pelambatan tersebut hanya sementara.

Selain Nomura, hasil riset S&P menunjukkan virus corona akan memangkas pertumbuhan ekonomi China sebesar 1,2%.

Ketika perekonomian China memburuk, maka kondisi ekonomi global akan turut menurun karena China merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS.

Saat hal tersebut terjadi, aset-aset berisiko akan dihindari oleh pelaku pasar, dan aset safe haven menjadi target investasi. Meski sama-sama menyandang status safe haven, yen dalam hal ini lebih kuat dibandingkan dolar AS. Sebabnya Jepang merupakan negara kreditur terbesar di dunia.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.

Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia.

Saat terjadi gejolak di pasar finansial seperti saat ini, para investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Liputan6.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *