Yen Catat Start Buruk pada Desember

Nilai tukar yen kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan perdana Desember, Senin ( 2/12/10), dan berada di level terlemah dalam lebih dalam enam bulan terakhir.

Pada pukul 09:30 WIB, yen diperdagangkan di level US$ 109,72/US$, melemah 0,19% di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Titik tersebut merupakan yang terlemah sejak 30 Mei.

Sepanjang November, yen melemah 1,4% melawan dolar AS. Pekan lalu, ketika hubungan AS-China memanas, mata uang Negeri Matahari Terbit ini juga melemah 0,8%.

Yen merupakan mata uang yang dianggap aset aman (safe haven). Biasanya kala terjadi ketidakpastian di perekonomian global, yen jadi ‘bunker’ perlindungan bagi investor.

Pada pekan lalu, langkah Presiden AS Donald Trump yang menandatangani Undang-Undang (UU) penegakan hak asasi manusia dan demokrasi Hong Kong membuat China geram.

“Anda lihat saja. Apa yang akan terjadi, terjadilah,” tegas Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Hu Xijin, redaktur di tabloid Global Times (yang berafiliasi dengan pemerintah China), mengungkapkan Beijing akan memberikan balasan dengan melarang orang-orang yang terlibat dalam pembuatan UU tersebut masuk ke wilayah China.

Hubungan AS-China yang kembali memanas membuat harapan akan adanya kesepakatan dagang kian meredup, sentimen pelaku pasar pun memburuk. Situasi yang terlihat menguntungkan bagi yen, tetapi sayangnya yen malah tetap tertekan oleh dolar AS.

Sementara pada hari ini sentimen pelaku pasar sudah membaik yang terlihat dari menghijaunya bursa Asia. Rilis data aktivitas manufaktur China yang cukup bagus mengangkat sentimen pelaku pasar. Caixin melaporkan indeks aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers’ index (PMI) naik menjadi 51,8 di bulan November, dibandingkan bulan sebelumnya 51,7.

Angka di atas 50 berarti ekspansi, dengan demikian pada bulan lalu sektor manufaktur China meningkatkan ekspansinya, yang tentunya menjadi kabar bagus bagi para pelaku pasar.

Sementara itu, dari Jepang indeks aktivitas manufakturnya dilaporkan masih berkontraksi. Markit melaporkan PMI sektor manufaktur untuk bulan November sebesar 48,9.

Angka di bawah 50 berarti kontraksi atau terjadi penurunan aktivitas, jika dilihat lebih ke belakang sektor manufaktur Jepang sudah berkontraksi dalam tujuh bulan berturut-turut. Hal ini tentunya menjadi kabar buruk bagi negara yang mengandalkan ekspor.

Yen akhirnya semakin loyo merespon data PMI dari China dan Jepang.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : BusinessWorld

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *