Priyanka Chopra Punya Misi di Balik ‘The Sky is Pink’

Tak ada bintang India yang membuat langkah besar di Hollywood selain Priyanka Chopra. Ia pun mengaku sedang dalam misi menghancurkan mitos tentang Bollywood, termasuk tentang stigma soal seks.

Chopra merupakan aktris India pertama yang mendapatkan peran utama di serial primetime di Amerika Serikat melalui Quantico, dan memperkuat statusnya sebagai selebriti global dengan menikah dengan Nick Jonas pada Desember lalu.

Atas segala modal yang ia miliki, Priyanka Chopra tampil menawan mempromosikan film terbarunya, The Sky is Pink di Toronto International Film Festival. Film itu merupakan karya berbahasa Hindi pertamanya dalam tiga tahun terakhir.

Bukan hanya itu, film tersebut menjadi satu-satunya film Asia dalam acara Gala Presentations, bagian paling elite dalam Toronto International Film Festival, dan bersanding dengan film unggulan lainnya seperti Joker.

“Orang kaget ketika mereka melihat The Sky is Pink dan mereka seperti ‘ini bukan film Bollywood’. Bollywood itu bukan genre!” kata Chopra.

“Ini benar-benar misi saya untuk mengenalkan orang tentang hal tersebut,” lanjutnya.

Digarap oleh Shonali Bose, The Sky is Pink mengisahkan cerita tragis dari Aisha Chaudhary, seorang remaja inspiratif asal Delhi yang hidupnya digerus penyakit genetik langka.

Chaudhary sempat mengisahkan hidupnya dalam sebuah buku sebelum meninggal pada 2015 pada usia 15 tahun.

Namun film ini berfokus pada orangtuanya, mengeksplorasi pernikahan dan cinta mereka, termasuk soal seks, serta bertahan usai kehilangan dua anak.

Film yang ikut diproduseri oleh Chopra ini tergolong jarang di Bollywood lantaran mengeksplorasi seksualitas. Biasanya, film Bollywood lebih identik dengan musikal, tarian, dan plot roman bak negeri dongeng.

“Saya tak berpikir kami belum berbicara tentang seksualitas di film-film India. Kami melakukannya,” kata Chopra. “Saya pikir seksualitas telah dibahas dalam banyak cara dalam perfilman India,”
Pryanka Chopra Punya Misi di Balik ‘The Sky is Pink’

Sang sutradara, Bose, didekati langsung oleh orang tua Chaudhary untuk menggarap film ini. Bose juga memiliki pengalaman kehilangan putranya.

Chaudhary merupakan penggemar karya Bose dan tak bisa memenuhi “keinginan terakhirnya” untuk bisa menyaksikan karya Bose sebelumnya, Margarita With A Straw.

Bose mengatakan kepada AFP dirinya tergerak dengan permintaan tersebut namun ingin fokus pada kehidupan orang tua Chaudhary setelah mempelajari kisah cinta dan kasih sayang mereka untuk anaknya.

“Mereka ingin film ini tentang perjuangan heroik gadis mereka, dan saya tidak merasa dia [Chaudhary] ingin seperti itu. Walau sebenarnya dia amat keren dan bersahaja,” kata Bose.

Meski belum memiliki anak, Chopra memanfaatkan pengalaman orang lain untuk memerankan ibu Chaudhary, Aditi. Chopra banyak mempelajari pengalaman ibu yang kehilangan anaknya, termasuk dari Bose.

Segala cara dilakukan Chopra untuk mengenalkan Bollywood kepada dunia. Ia sendiri mulai menarik perhatian global ketika berhasil dimahkotai sebagai Miss World pada 2010. Gerakan Chopra juga bukan hanya di film atau layar kaca, melainkan juga musik melalui duet dengan Pitbull dan The Chainsmokers.

“Ini adalah pencarian asli saya untuk bisa lintas budaya, dan mampu membawa perfilman India ke tingkat global semampu yang bisa saya lakukan,” kata Chopra.

“Ini bukan bahasa yang membatasi, melainkan ketakutan atas sesuatu yang tidak kita ketahui.” lanjutnya.

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : cnnindonesia.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *