Antisipasi Kekeringan, Anies Minta Warga Hemat Air Bersih

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta masyarakat agar menghemat penggunaan air bersih untuk mengantisipasi kekeringan akibat kemarau panjang. Menurutnya, warga di luar Jakarta yang terdampak kemarau panjang juga melakukan hal serupa.

“Karena itu di seluruh, tidak hanya Jakarta, saya rasa siapapun sudah harus lebih hemat dalam penggunaan air. Apapun kegiatan kita, sebisa mungkin lebih hemat dalam penggunaan air,” kata Anies di DPRD DKI Jakarta, Kamis (22/8).

Anies juga berpesan agar warga bisa menggunakan saluran air secara bijak. Dia menyarankan itu karena air yang telah digunakan akan menuju ke hilir dan dikelola kembali.

“Kedua adalah gunakan saluran-saluran untuk mengolah air dengan baik sehingga air itu bisa dipakai kembali,” ungkap dia.

Anies lalu mengatakan pihaknya segera menerbitkan peraturan berupa instruksi gubernur (ingub) terkait antisipasi kekeringan di musim kemarau. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengaku sudah menyiapkan rancangan aturan tersebut sejak beberapa waktu lalu.

“Nanti kalau sudah ingub-nya selesai kita akan umumkan terkait dengan langkah yang akan dilakukan dengan Pemprov untuk mengantisipasi kemarau panjang di wilayah Jakarta,” ucapnya.

Anies menjelaskan bahwa kekeringan terjadi lantaran ada ada perubahan cuaca dan iklim di sejumlah wilayah di Indonesia. Jakarta salah satunya. Oleh karena itu, Pemprov DKI Jakarta akan berupaya untuk mengantisipasi dampak buruk akibat kemarau panjang.

“Jadi kita memang harus mengantisipasi soal ancaman kemarau panjang yang akan dihadapi oleh berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di belahan barat pulau Jawa. Ini tantangan climate change, jadi kita mengalami ini semua,” jelas Anies.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga Oktober atau November mendatang. Hujan diperkirakan baru akan turun pada akhir November atau awal Desember.

Hal itu diutarakan Kepala Subbidang Analisa dan Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi dalam konferensi pers kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jakarta, Selasa (20/8). Dia menyebut 92 persen wilayah Indonesia mengalami kemarau.

Akibat dari musim kemarau yang panjang adalah kekeringan hingga krisis air bersih. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan juga terjadi di sejumlah wilayah.

“Berdasarkan pantauan BMKG hingga Awal Agustus 2019, beberapa wilayah sudah mengalami kekeringan meteorologi level ekstrem dimana tercatat ada daerah yang sudah lebih dari 60 hari tidak ada hujan, bahkan lebih dari 90 hari tidak ada hujan,” kata Adi seperti dikutip dari Antara, Rabu (21/8).

“Kondisi ini tentu akan memiliki dampak lanjutan terhadap kekeringan pertanian dan kekurangan air bersih masyarakat. Selain itu, ancaman gagal panen bagi wilayah-wilayah pertanian tadah hujan semakin tinggi,” lanjutnya.

 

 

 

 

Sumber : .cnnindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,T
witter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *