Harga Minyak Jatuh Lagi, Permintaan Diprediksi Bakal Seret

Harga minyak mentah dunia masih terkoreksi akibat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.

Pada perdagangan hari Senin (12/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober melemah 0,34% ke level US$ 58,33/barel.

Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September terkoreksi 0,37% menjadi US$ 54,3/barel.

Pekan lalu, harga minyak turun sangat dalam. Sementara Brent anjlok 5,43%, WTI amblas 2,08% secara point-to-point.

“Harga minyak melemah pada awal perdagangan pekan ini karena adanya prediksi permintaan yang lebih rendah yang dipublikasikan pekan lalu serta pesimisme terkait kesepakatan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China,” ujar Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA, dikutip dari Reuters.

Sebagaimana yang telah diketahui, pekan lalu International Energy Agency (IEA) memprediksi pertubuhan permintaan minyak dunia akan tertekan ke level terendah sejak krisis keuangan 2008.

IEA memangkas prediksi pertumbuhan permintaan minyak dunia menjadi tinggal 1,1 juta barel/hari di 2019 dan 1,3 juta barel/hari di tahun 2020.

Di sisi lain, produksi minyak Rusia pada periode 1-8 Agustus 2019 naik menjadi 11,32 juta barel/hari dari rata-rata bulan Juli 2019 yang sebesar 11,15 juta barel/hari.

Gejala peningkatan produksi di Rusia menjadi pesan buruk bagi pelaku pasar. Pasalnya Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah sepakat untuk terus mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel/hari hingga Maret 2020 mendatang.

Kombinasi pelemahan permintaan dan peningkatan pasokan tentu bukan berita baik di pasar minyak. Hal itu akan menyebabkan keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) menjadi timpang dan semakin membebani harga.

Selain itu, nasib hubungan dagang AS-China juga belum jelas.

Akhir pekan lalu (9/8/2019) Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa Washington masih terus melanjutkan perundingan dagang dengan China, seperti dikutip dari Reuters.

Namun dirinya menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan yang akan dibuat untuk sekarang ini.

Penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navaro, mengatakan bahwa pihaknya masih melanjutkan rencana perundingan dengan China di Washington pada awal bulan September.

“Kami melanjutkan rencana mengundang negosiator China untuk datang ke mari [Washington],” ujar Navaro kepada CNBC International.

Pernyataan Trump membuat pelaku pasar makin pesimis bahwa kesepakatan akan dibuat oleh kedua negara. Namun setidaknya belum ada ancaman eskalasi baru terkait perang dagang.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *