Gokil! Harga Emas Terbang 2% dan Tembus US$ 1.500/oz

Harga emas dunia melesat lebih dari 2% kemarin dan menyebabkan harga di pasar spot menembus level psikologis US$ 1.500/troy ounce untuk pertama kali dalam enam tahun.

Kekhawatiran akan eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan perlambatan ekonomi global membuat investor gencar memburu logam mulia.

Sementara hari ini, harga emas bergerak variatif dimana harga emas pasar spot masih terus menguat.

Pada perdagangan hari Kamis (8/8/2019) pukul 08:30 WIB harga emas kontrak pengiriman Desember di bursa New York Commodities Exchange (COMEX) melemah 0,35% ke level US$ 1.514,3/troy ounce (Rp 681,678/gram). Sementara harga emas di pasar spot menguat 0,27% menjadi US$ 1.504,8/troy ounce (Rp 677.402/gram).

Di sesi perdagangan sehari sebelumnya (7/8/2019), harga emas COMEX dan spot ditutup melesat masing-masing sebesar 2,39% dan 1,83%.

Nasib hubungan dagang AS dengan China yang tak pasti membuat investor enggan bermain pada aset berisiko.

Pekan lalu, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif baru 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019. Bahkan dirinya mengaku masih membuka peluang untuk menaikkan tarif tersebut menjadi lebih dari 25%.

Selanjutnya pada Selasa (6/8/2019), China membalas dengan menyebut telah berhenti membeli produk pertanian asal AS. Bahkan untuk produk yang telah dibeli pasca 3 Agustus 2019 mungkin dikenakan tarif baru.

China merupakan salah satu negara utama pembeli produk pertanian AS. Apabila China berhenti membeli, artinya akan ada banyak petani yang sengsara karena produknya tidak terjual.

Aksi balasan China ternyata berbuah manis.

Dalam wawancara dengan CNBC International hari Rabu (7/8/2019), Penasihat Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Trump masih mau untuk melanjutkan dialog dagang. Dia juga menyebut pihaknya masih menantikan kedatangan delegasi China ke Washington pada September nanti.

Akan tetapi, China masih belum menyatakan komentar terkait ‘undangan’ AS tersebut. Beberapa analis memperkirakan China akan menolak untuk bernegosiasi dan membuat Trump semakin tertekan agar mendapat kesepakatan baru yang lebih bagus.

Seperti yang diketahui, petani di AS merupakan konstituen penting bagi Trump yang ingin maju kembali dalam pemilu 2020. Tanpa adanya dukungan petani, Trump akan semakin sulit untuk melawan Partai Demokrat.

Analis juga memperkirakan kondisi perang dagang ini masih akan terus berlangsung hingga tahun depan.

Selain itu, China juga disinyalir telah memanipulasi nilai tukar yuan.

Pada hari Senin (5/8/2019) Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) menetapkan nilai tengah yuan sebesar CNY 6,922/US$. Setelah itu pada hari Selasa (6/8/2019) nilai tengah yuan dipatok lebih lemah yaitu di level CNY 6,9683/US$. Teranyar pada Rabu (7/8/2019) PBOC kembali melemahkan nilai tengah yuan di level CNY6,9996/US$.

Artinya sudah tiga hari berturut-turut China secara aktif membuat nilai tukar yuan berada dalam tren pelemahan.

Di China, bank sentral memang punya wewenang untuk mengatur nilai tengah mata uang, sementara batas pergerakan harian dibatasi plus-minus 2%. Artinya, pergerakan mata uang Negeri Tirai Bambu tidak murni hanya mekanisme pasar. Dikhawatirakan negara-negara lain ikut memiliki tendensi melakukan hal serupa untuk menjaga daya saing dengan China.

Alhasil investasi menjadi kian tak pasti. Investor lebih nyaman dengan emas karena nilainya yang relatif stabil.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : KoinWorks

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

 

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *